web analytics

Menakar Antusiasme Mahasiswa dalam Memilih Pemimpin Rakyat

Pemilihan umum presiden dan wakil presiden (pilpres) akan diadakan pada 9 Juli 2014 mendatang. Artinya, tinggal menghitung hari saja masyarakat Indonesia sudah harus siap untuk menentukan siapa yang berhak menjadi orang nomor 1 di Indonesia. Pilpres pertama kali diadakan pada tahun 2004 dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai presiden pertama yang bisa dibilang benar-benar terpilih dari mayoritas suara rakyat. Presiden SBY ini kemudian memimpin 2 kali berturut-turut karena kembali terpilih pada tahun 2009, sehingga Pilpres tahun 2014 ini harus melahirkan seorang pemimpin baru. Terdapat 2 pasangan kandidat yang mencalonkan diri sebagai presiden dan wakil presiden tahun ini, yaitu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Keputusan Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa Pilpres tahun ini hanya satu putaran, oleh sebab itu masyarakat harus menelaah lebih dalam lagi masing-masing kandidat

Membandingkan dengan pilpres-pilpres yang lalu, pilpres tahun ini dirasa lebih mengundang antusiasme masyarakat. Tertarik mengenai hal tersebut, kami mengadakan serangkaian survey pada tanggal 27 Juni lalu yang melibatkan 100 responden yang merupakan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Adapun komposisi responden tersebut terdiri dari 20 mahasiswa Fakultas Hukum  UGM, 20 mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM, 20 mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisinis UGM, 20 mahasiswa Fakultas Psikologi UGM dan 20 mahasiswa Fakultas Teknik Pertanian UGM. Tujuan dari survey ini bukan mengetahui seberapa banyak pemilih dari masing-masing kandidat atau tingkat elektabilitas masing-masing kandidat di kalangan mahasiswa, melainkan seberapa besar antusiasme, kesiapan dan kontribusi mahasiswa dalam mengikuti perkembangan dinamika Pemilu Presiden tahun 2014 ini.

Hasil survey mengindikasikan dari sekian banyak cara dan media yang dapat dimanfaatkan untuk mengakses informasi mengenai Pilpres tahun ini media sosial menjadi yang paling sering digunakan yakni 46% responden. Sedangkan urutan kedua adalah melalui media elektronik seperti televisi dan radio dengan 39%.  Media cetak justru berada di urutan terakhir  yaitu sejumlah 15%.

 easelly_visual

Mudahnya akses media dan banyaknya piranti  yang bisa dimanfaatkan menjadi alasan bagi responden  untuk mencari tahu visi-misi calon. Akan tetapi baru 46 % responden yang merasakan penyebaran visi-misi cukup efektif. Sisanya, yakni 54 %, menyatakan belum efektif. Alasan belum efektinya penyebaran visi-misi adalah karena belum menjangkau seluruh masyarakat, visi-misi susah dipahami dan ada yang menyatakan bahwa kepercayaan mahasiswa terhadap visi-misi adalah nol sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap pilihan.

chart (3)

Responden juga sudah mulai mencari tahu dan menelaah visi-misi capres. Hal itu ditunjukkan dengan 64 % dari seluruh responden mengaku sudah pernah membaca dan mengetahui visi-misi capres. Sedangkan 36 % sisanya belum membaca dan menelaah visi-misi capres.

chart (4)

Antusiasme responden dalam mengikuti jalannya debat cukup besar. Dari tiga debat capres yang telah berjalan, 22 % mahasiswa selalu mengikuti jalannya debat. Alasannya, mereka ingin mengetahui kapasitas dan kesiapan kandidat melalui rencana mereka, kemudian ingin melihat visi-misi dan kemampuan, ada juga yang penasaran dengan calon pemimpin bangsa ini nantinya. Kemudian 67 % responden pernah melihat debat capres baik 1 maupun 2 kali. Sisanya yakni 11% sama sekali belum pernah melihat debat capres. Responden yang belum pernah melihat debat capres dikarenakan  tidak semua responden memiliki televisi. Ada juga responden yang menyebutkan jam tayang terlalu malam dan kurang memahami topik yang disajikan.

 chart (5)

Diadakannya debat capres ternyata tidak secara otomatis mengubah pilihan responden. Hal itu dibuktikan bahwa 60% responden menyatakan debat justru memantapkan pilihan mereka. Artinya sejak awal responden sudah memiliki pilihan. Dari debat tersebut juga dapat diketahui cara kandidat dalam menyelesaikan permasalahan. Kemudian, 35 % masih tetap ragu ataupun bertambah ragu untuk memilih salah satu kandidat dan hanya 5 % yang dengan melihat debat dapat mengubah pilihannya. Kualitas kandidat yang semakin terlihat setelah debat menjadi salah satu alasan mengapa debat tersebut membuat responden mengubah pilihannya.

chart (6)

Dilihat dari jalannya kampanye, 45% responden menyatakan bahwa mereka mengetahui tentang kampanye pilpres dan merasakan terganggu karenanya. Beberapa respionden yang termasuk dalam 45 % tersebut merasa terganggu sebab kampanye menyebabkan kebisingan dan macetnya jalan. Responden juga menyayangkan kampanye yang kerap berakhir rusuh. Ada 41% mengetahui kampanye-kampanye yang dilakukan menjelang pilpres tetapi tidak terlalu peduli.  Responden-responden tersebut menganggap hal tersebut biasa dan rutin dilakukan dalam suasana pesta demokrasi. Sedangkan 14 % sisanya tidak mengetahui. Ada yang beralasan tidak mengikuti perkembangannya atau tidak pernah melihat langsung.

 

chart (11)

Banyaknya responden yang sudah maupun belum menentukan pilihan terhadap pasangan kandidat menjadi penutup dari survey yang kami sampaikan kali ini. Survey menunjukkan sebanyak 72 % responden menyatakan telah menjatuhkan pilihan pada salah satu calon, meskipun dari 72 % responden tersebut masih ada yang merasa masih harus menelaah lagi pilihannya untuk meyakinkan diri. Namun, ternyata masih terdapat 28 % yang belum menentukan pilihannya. Alasannya antara lain belum menemukan calon yang meyakinkan dan sesuai gambaran ideal responden. Terdapat juga yang menyatakan dirinya tidak berniat memilih atau biasa disebut golput. Semoga siapapun pemimpin yang terpilih pada Pemilu Presiden 9 Juli mendatang adalah pemimpin yang benar memiliki niat tulus untuk menyejahterakan rakyat, bukan sekedar mewujudkan ambisi untuk duduk di kursi kekuasaan.

chart (10)

 

-Divisi Litbang BPPM Mahkamah

Leave a Reply

Your email address will not be published.