web analytics
Tentang Kampus yang Nyenyat dan Bunga untuk Pratikno

Tentang Kampus yang Nyenyat dan Bunga untuk Pratikno

Teks dan Foto oleh Moses Ompusunggu

 

Saat rektor barunya resmi dilantik, Senin (24/11), UGM terlihat malu-malu menyambutnya. Tak ada keriuhan berarti yang tampak, contohnya di sekitar Grha Sabha Pramana (GSP), yang hari itu “sibuk” dengan hajatannya sendiri, yakni sebuah pameran teknologi komputer. Sedikit ke arah utara, ratusan siswa SLTA menyemut tepat di seberang sayap selatan gedung Balairung UGM. Mereka, seperti pada umumnya siswa sekolahan yang sedang beranjangsana ke UGM, juga ripuh dengan kegiatan foto bersama dengan latar belakang gedung Balairung yang megah. Ada juga yang melipir ke depan gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) dan Perpustakaan Pusat UGM, melihat-lihat rupa sang kampus impian dari dekat. Lalu kemana mahasiswa-mahasiswa kampus kerakyatan yang hari itu sebenarnya sedang “merayakan” hari istimewa?

Pertama, dia perempuan pertama yang terpilih menjadi rektor UGM. Kedua, yang digantikannya adalah seorang pria bersahaja yang kini menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg). Ketiga, tingkat keterkenalannya juga termasuk yang paling tinggi di antara akademikus-akademikus Indonesia sejak membawakan debat antar calon presiden beberapa bulan silam (Ibu Masha! Ibu Masha!). Keempat, mungkin hanya terasa sebagai sempalan, dia adalah sohib kental dari menteri paling rocker, paling nyeleneh, dan mungkin paling tiada duanya sejak Indonesia merdeka, yang kita tahu bersama bernama Susi Pudjiastuti. Namun yang terlihat di UGM pagi itu adalah situasi hari Senin yang biasa-biasa saja. Seakan-akan pelantikan Dwikorita Karnawati sebagai UGM-1 hanyalah bagian dari sebuah hari yang kerap dikutuk karena tega meraibkan akhir pekan itu.

Penabalan itu sendiri diadakan di Ruang Sidang Senat Balairung UGM. Ada setitik perayaan kecil-kecilan disana (dan satu-satunya), tepatnya di selasar sayap utara Balairung. Keramaian baru terasa ketika datangnya waktu makan siang. Terlihat pula wajah-wajah beken macam Mahfud MD dan Herry Zudianto, yang memang bagian dari Majelis Wali Amanat UGM (MWA UGM). Keduanya dengan sabar melayani permintaan foto bareng dari mahasiswa maupun tetamu lainnya yang datang  ke acara tersebut.

Peristiwa menarik terjadi ketika Pratikno turun ke selasar Balairung. “Digiring” hingga ke bawah tangga selasar oleh Adhitya Herwin, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa UGM (BEM KM UGM), Pratikno kemudian dihadiahi seikat bunga oleh seorang mahasiswa. “Ada di pemerintahan itu”, kata Pratikno yang tak lama kemudian duduk di anak tangga terbawah selasar, “seperti sedang mengatur kendaraan di perempatan. Ini (menjadi Mensesneg) pekerjaan berat yang harus kita lakukan. Karena ini amanah, pekerjaan ini harus kita lakukan. Tetapi, hati saya tetap akan tidak dekat pada kepentingan.” Selesai mengucapkan “kalimat perpisahan” tersebut, beliaupun dihujani tepuk tangan dari mereka yang saat itu hadir di sekitarnya.

Sedetik kemudian, hujan benar-benar turun di Bulaksumur, seakan turut meresmikan hijrahnya pria berusia 52 tahun ke kantornya yang baru di Sekretariat Negara. Selamat jalan Pak Tik! Sukses untuk jabatan barunya, Ibu Masha!

Leave a Reply

Your email address will not be published.