Mawar di Persimpangan Jalan Oleh: Mochamad Akmal Prantiaji Wikanatha Jujur, sudah lama aku memendam. Menyimpan segala bara rasa yang seketika dingin tatkala terujar Sudah
Category: Sajak
SISI GELAP
Kegelapan itu memukulnya Meninggalkan luka membiru Berdenyut ngilu tak tertahankan Mencoba menghilangkan kesadarannya Yang kemudian dibawah kendali hitam Kegelapan itu memakannya Sedikit demi sedikit menggerogoti
Yang Kau Sebut ‘Apatis’
“Ah apatis betul kau ini Tinggallah sedikit lebih lama di kampus Tunjukkan kontribusi Dengan pangkat mahasiswa yang kau miliki” Yang kau sebut demikian itu Siapa
Pak Tua
Agaknya semua masih terasa segar Pada masing-masing kepala kami yang melihatnya Ketika anakmu datang dan mendapatimu tengah merayap Mencoba berjalan membebaskan raga Tak peduli seberapa
SELAMAT TINGGAL
Sekali lagi aku sampai pada gerbang peraduan Di mana tiada lagi tanah tapak kulalui tuk dapatkan bayangnya Ini adalah akhir Akhir dari kata Kata yang
Wanita Yang Jauh di Sebrang
Oleh : W.Bahari (2016) Yang ku diam begitu ramai tiadalah air begitu melimpah disini aku tunduk diam dan berandai sejenak ku redam indera ini
Bulan Mei 2013
Gerimis di mataku Alangkah dinginnya, berdenyar gigilku. Bibirku biru Membiru jugakah anganmu? Angin putih di mataku Menggelisahkan daun-daun Yang tertingkah dan luluh Meluluh jugakah
Puisi Hening Bagi Engkau
Ada hening menanting Mengentalkan kabut di batinku terbaring Sayup desahmu berdegup menyusup hati Bergereseh lewat lubang-lubang dinding. Terkaca di matamu cerlang angkasa Seakan pantulan