I
Aku kemudian berdiri sebagaimana daun kering kepada pijakan roda tajam. Juga seperti pelana di atas kuda kepada manusia yang berhenti bicara.
Juga seperti pelataran tidurmu yang kaku yang tanpa cahaya. Juga seperti apa aku nanti di hadapan tanahmu
abadi.
II
Ketika aku mengusahakan tanya kepadamu tentang malam terakhirmu di bumi; bersisian dengan pucuk senjata tentunya; aku tak sampai tega untuk kemudian menelanjangi pandangmu
lalu begitu saja pergi tanpa pernah ada tanya itu tergubah.
III
Di depanku kini ada patung tembaga yang selalu tersenyum. Tapi matanya pudar; tangan kakinya layuh.
Di depanku kini ada patung tembaga yang selalu tersenyum tapi entah tidah tahu kenapa senyum itu pupus begitu saja.
IV
Apa yang kau pijak di angkasa adalah cerita lama untukku. Seorang sahabat di dalam kegelapan; aku tidak akan cekakak-cekikik saat kau menggubahnya; cerita itu.
Tanpa tentang dan tanpa ucap, kau sudah begitu yakin menyebutnya cerita, kan?
Bukan tanpa guna.