web analytics
Surat Terbuka Kepada yang Terhormat Dosen FH UGM

Surat Terbuka Kepada yang Terhormat Dosen FH UGM

Kepada yang (Seharusnya) Terhormat Dosen (yang Sedang Entah Di Mana)

Apa aku harus melanggengkan hormat kepada Bapak dan Ibu Dosen selama aku masih terkurung di dalam Fakultas ini?

Bapak dan Ibu Dosen, bolehlah suatu waktu membaca sedikit ocehanku (yang mungkin tanpa guna) ini. Jika memang berkenan untuk sekedar melihat isi pikiranku yang belakangan ini membuatku bingung. Akibat terlalu sering berada di dalam ruang kelas yang tanpa ada kalian di dalamnya. Menunggui kalian datang untuk mencerahkan otakku. Otakku yang kebetulan terlalu kosong jika dibandingkan dengan sedikit isi pikiran kalian, yang dapat mengubah langkah pemimpin negara hanya dalam hitungan detik.

Bapak dan Ibu Dosen, bolehlah nanti setelah membaca celotehku ini memberikanku tamparan tepat di wajahku yang sebelah kiri dan kanan. Tentu apabila memang isinya tidak sesuai dengan apa yang kalian lakukan sehari-hari. Tentu apabila memang kalian merasa isinya penuh dengan bualan, yang semata-mata membuat kedua telinga kalian pecah, isi kepala kalian pun pupus. Tentu jika sepenuhnya memang omong kosong belaka.

Bapak dan Ibu Dosen, kemarin aku keluar dari ruang kelas tanpa memperoleh sesuatu apa untuk disimpan di dalam otak kosongku. Maaf, bukan karena kalian menyampaikan kuliah dalam bahasa Armenia sehingga kedua telingaku tidak dapat menerka isinya. Maaf, bukan juga karena kalian menerjemahkan bahan kuliah ke papan tulis menggunakan tinta perasan jeruk nipis–yang kerap dilakukan militer katro zaman dahulu– sehingga kedua mataku tidak dapat membacanya. Aku pulang tetap dalam keadaan goblok semata-mata karena kalian memang tidak kunjung menunjukkan muka di kelas. Kepadaku juga kepada teman-temanku. Setelah lama menunggu. Bersama harapan agar bisa sedikit lebih pintar, meski mungkin tidak akan bisa sehebat kalian.

Bapak dan Ibu Dosen, kemarin bukan kali pertama aku merasakan pahitnya waktu tunggu. Hari sebelum kemarin, juga kemarinnya, juga banyak hari sebelum kemarinnya. Entah robot macam apa aku ini sampai-sampai bisa tahan menyetel kebiasaan tunggu-menunggu ini. Setiap hari menunggu tentunya bukan tanpa alasan. Satu-satunya alasan mungkin karena otakku yang kosong ini harus terisi penuh sehingga dapat kubawakan kepada orangtuaku di tempat mereka yang jauh itu. Sehingga lunas apa yang terutang, sebagaimana tercatat rapi di dalam buku saldoku yang bertajuk utang budi. Maaf jika kalian tidak sejauh itu memikirkannya. Maaf jika aku terlalu banyak meletakkan asa itu di pundak kalian. Mungkin kalian ketindihan, butuh sherpa atau llama bisu dari Andes.

Bapak dan Ibu Dosen, menebak-nebak apa yang kalian lakukan selagi aku menunggu lama di dalam kelas mungkin terlalu kurang ajar. Untuk itu maafkan saja karena aku terlalu goblok untuk hanya sekedar menarik kesimpulan. Tapi karena memang kalian sudah terlalu sering menghilang dari ruang kelas, aku tidak sampai hati untuk berhenti menerka. Tebakanku yang kemarin: kalian mungkin terhadang oleh gunungan salju di depan pintu rumah kalian (tapi kan tidak mungkin?). Tebakanku yang kemarinnya lagi: kalian mungkin terhadang oleh sekelompok bocah kusut yang menodong kalian untuk segera memberikan sekaleng besar lem aibon agar cepat mabok. Tebakan hari-hari lain yang telah lawas: kalian lupa menepikan serpihan botol bekas anggur dari malam sebelumnya, lalu pecahannya masuk hingga melewati kulit ari di telapak kaki kalian, kemudian karena lumpuh sistemik kalian tidak bisa datang ke kelas menyampaikan pencerahan kepada otak busukku yang terbuat dari kulit terwelu.

Bapak dan Ibu Dosen, apa aku yang kurang melanggengkan hormat kepada kalian selama aku terkurung di dalam Fakultas ini? Apa aku yang luput memberikan tabik kepada kalian ketika berpapasan di muka kamar mandi pada suatu waktu?

Apapun yang kalian lakukan selama waktu tungguku di dalam ruang kelas, itu sudah cukup membuatku sedikit yakin, bahwa aku tetap memperoleh pengajaran di balik ketiadaan kalian. Yaitu belajar menumpukkan kesabaran agar tidak sewaktu-waktu mengumpati kalian di depan mata.

 

Tertanda,

Dari mahasiswamu yang berkepala lapuk di Fakultas Hukum terbaik di negeri ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *