web analytics
Malaikat Kecil yang Ajaib

Malaikat Kecil yang Ajaib

Judul                           : Dadaisme

Penulis                         : Dewi Sartika

Penerbit                       : Matahari

Tebal Buku                  : 234 halaman

Waktu Terbit               : April, 2004

Peresensi                     : Sekar Banjaran Aji

 

Dadaisme? Judul yang menarik bukan. Jika kalian berharap novel ini akan membahas tentang aliran yang menolak frame berpikir “seni adalah sesuatu yang tinggi, yang mahal, yang serius, complicated, dan eksklusif” maka kalian akan kecewa. Namun aku terangkan pada kalian bahwa membaca novel ini bukan sesuatu yang harus dikecewai. Aku malah sangat bersyukur menjumpai novel yang terpilih sebagai Pemenang Pertama Sayembara Novel Dewan  Dewan Kesenian Jakarta 2003.

Dewi Sartika sedang mengajari tentang cara mengambil nilai yang tersembunyi dari sebuah kematian dan menggunakan nilai itu untuk kemudian hidup lebih baik. Dia tidak muluk-muluk kala bercerita, hampir tidak aku temui penggambaran yang berlebihan. Semua diceritakannya lugas dan nyata. Bahkan aku tidak perlu capek membaca kalimat yang terlalu panjang. Dewi benar-benar sedang mengajari kita tentang nilai tanpa menggurui.

Ajaib rasanya saat aku seakan tertarik masuk dalam cerita sebab Dewi menggunakan sudut pandang orang pertama sekaligus sudut pandang orang kedua. Lantas rasa takjubku bertambah saat Michail, malaikat kecil bersayap hanya satu itupun berwarna hitam. Selain mengejutkanku karena mata ungunya, dia juga membangun keterkaitan antara cerita tiap tokohnya. Bayangkan Michail mampu menyatukan cerita perselingkuhan, anak-anak haram yang tidak normal, inces, homoseksual, dan poligami dalam satu alur yang memukau. Bahkan Michail juga mengajak aku –sebagai pembaca— terjun langsung mencari celah antara takdir Tuhan dan kebetulan. Novel ini membuat kita benar-benar terbelalak karena kita larut dalam perenungan kita sendiri yang begitu filsafatis.

Menurutku satu-satunya kelemahan novel ini hanyalah sampulnya yang terlihat buram tapi sesungguhnya sampul buram yang tidak menarik tadi sedang bercerita pada kita. Michail yang ada dalam sampul sedang menunggu kita untuk mengambil novel ini dan membacanya. Dia seakan berharap kita bisa merenungkan segala yang kita rekam dari buku ini.

Aku katakan pada kalian semua bahwa apa yang ada dalam novel ini tidak akan kita nikmati dalam novel yang sama masa kini. Sebelum menulis resensi ini aku sudah mencoba mencari pembanding novel ini tapi aku tidak menemukan apa-apa. Sayang sekarang selain aku tidak menemukan tandingan novel ini, aku juga tidak menemukan novel ini di pasar buku bekas. Semoga anda masuk dalam orang beruntung yang menemukan buku ini. Selamat membaca!

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.