web analytics
Buruh di Lahan Sendiri

Buruh di Lahan Sendiri

Judul Buku            : Reforma Agraria

Penulis                   : Gunawan Wiradi

Penerbit                 : Insist Press, KPA & Pustaka Pelajar

Cetakan                 : I, September 2000

Tebal                     : 247 Halaman

Peresensi               : Fardi Prabowo Jati

 

Ratusan ribu orang, laki-laki dan perempuan yang menggarap tanah di Asia, Afrika, dan Amerika, yang telah menabur benih , memanen hasil, mengembala ternak, mati kelaparan karena kekurangan pangan ? Mengapa, sementara mereka mati kelaparan, orang-orang yang tidak menghasilkan apapun, tetap hidup ?(Splitz, 1979)

Mereka punya lahan. Namun mereka harus menjadi buruh di lahan mereka sendiri. Para petani di zaman Yunani kuno terpaksa meminjam uang dengan cara menggadaikan tanahnya. Kemudian untuk menebus tanahnya, si penggadai harus bekerja sebagai penyakap di tanah gadaian itu (bekas tanahnya sendiri).

Tiberius Grachus dibunuh. Untungnya anggota Dewan Perwakilan Rakyat di zaman Romawi ini berhasil mengangkat rakyat kecil, dengan cara melakukan redistribusi tanah milik umum. Tanah-tanah milik umum dibagihasilkan kepada petani dan peternak, sebagian lagi untuk golongan yang memiliki piutang negara. Gaius Gracchus, adik Tiberius meneruskan cita-cita kakaknya. Namun dia pun mengalami nasib yang sama, dibunuh !

Biri-biri memakan manusia. Pernyataan itu selalu mengiringi tuntutan rakyat Inggris yang menuntut keadilan pada tahun 1607 M. Semua berawal dari enclosure movement, yaitu proses pengkaplingan tanah pertanian dan padang pengembalaan yang semula merupakan tanah yang dapat disewakan untuk umum, menjadi tanah individual. Corak  pertanian abad pertengahan menjadi lenyap, sisa-sisanya hampir tidak ada lagi di tahun 1830. Hak-hak adat sirna. Wajah pedesan menjadi radikal. Tanah milik umum telah terkonversi menjadi kapling-kapling milik individual.

Revolusi Perancis tahun 1789 merupakan tonggak pertama gerakan Reforma Agraria besar-besaran pada zaman modhern. Sistem penguasaan tanah feodal dihancurkan. Tanahnya dibagikan kepada petani dan petani budak dibebaskan. Sedang di Rusia terjadi perdebatan antara ilmuan Marxis dan ilmuan Neo-populis, antara kepemilikan tanah secara bebas dan penguasaan tanah oleh negara.

Tidak perlu dijelaskan, karena sejarah telah membuktikan. Tanah dianggap harta yang paling wajib dimiliki bagi setiap orang. Jutaan orang mati untuk saling berebut sebagian kecil yang ada di bumi ini, yaitu tanah. Tak peduli saudara yang penting tahta tanah dimiliki. Itulah gambaran masa lalu, yang sekali lagi dapat dijelaskan oleh sejarah.Semenjak pesona industri menggaung, setiap negara mulai menggalakan industri, bahkan revolusi industri. Mereka tidak sadar, atau bahkan sadar namun tidak paham dampak ketidaksabaran ambisi industri mereka. Mereka dibutakan gemerlap industri yang katanya ampuh memakmurkan sejuta umat. Padahal yang menentukan hidup dan mati adalah para petani dengan segala regulasinya.

Indonesia adalah negara yang miris. Di awal kemerdekaan,Indonesia yang merupakan negara agraris hanya memiliki sedikit ahli agraris. Kalau pun ada, itu hanya dari bidang hukum. Sehingga, reforma agraria tidak dilaksanakan dari awal di negara agraris ini. Setelah orde baru, Indonesia yang katanya melakukan reformasi disegala bidang, “Apakah reforma agraria sudah dilakukan di Indonesia ?” masih belum terjawab memuaskan.

Gunawan Wiradi berusaha menjelaskan masalah reforma agraria ini dengan sangat lengkap. Mulai dari sejarah kebijakan reforma agraria, rationale reforma agraria, kebijakan reforma agraria sejak zaman kolonial hingga reformasi di Indonesia, sampai solusi agar reforma agraria bisa menjadi dasar suatu pembangunan. Di akhir bab ia mengajak pembaca untuk membangun gerakan agraria. Melalui buku Reforma Agraria ini, nampaknya ia ingin menyadarkan masyarkat Indonesia akan pentingnya reforma agraria yang sampai saat ini masih diragukan pelaksanaannya. Buku ini bisa menjadi bacaan wajib bagi penggiat reforma agraria, atau menjadi alternatif bacaan bagi orang yang sekedar ingin tahu simpul benang merah masalah agraria Indonesia.

4 thoughts on “Buruh di Lahan Sendiri

Leave a Reply to insistpress Cancel reply

Your email address will not be published.