web analytics

KEKERASAN BERBALUT IMAN: Diskusi dan Bedah Buku Dema Justicia

foto: caesario/mahkamah
foto: caesario/mahkamah

SLEMAN, MAHKAMAHNEWS – Selasa (5/5) Dewan Mahasiswa Justicia Fakultas Hukum UGM (Dema Justicia FH UGM) menghelat diskusi dan bedah buku yang berjudul “Mengapa Iman Berbalut Kekerasan”  yang ditulis Zora A. Sukabdi. Bertempat di Ruang 3.3.1 Gedung III FH UGM, diskusi ini dihadiri pembicara Dr. Bagus Riyono, MA (dosen Fakultas Psikologi UGM) dan Asman Abdullah, S.I.P (Social Movement Institute). Didapuk sebagai moderator diskusi yakni Dick Hutama Karim dari Dema Justicia.

Dalam diskusi ini, terdapat dua sudut pandang yang dikemukakan masing-masing oleh dua pembicara. Asman yang pernah meriset buku tersebut membahas iman dan kepercayaan yang diulas dalam buku tesebut dan bagaimana iman dan bagaimana iman dan kepercayaan tersebut dapat ditputarbalikkan. Oleh karena itu, Asman menyatakan bahwa baik untuk mengetahui latar belakang sosial penulis sehingga pembaca dapat mengerti secara komprehensif isi buku tersebut dan tidak ada kesesatan setelah membaca buku. Asman menyebutnya sebagai kekerasan yang berkedok iman.

Oleh Asman para peserta kemudian diajak lebih jauh untuk menyelami makna “radikalisme”, “radikal”, “ekstrimis”, “moderat”, serta “fundamental”. Kata-kata tersebut seringkali digunakan bagi kepentingan kelompok provokatif tertentu sehingga patut kita pertanyakan kembali maknanya dengan sudut pandang yang objektif tentunya. Asman lalu menjelaskan sejarah revolusi Islam pasca konflik Irak-Iran yang memunculkan redikalisme agama dalam negara teokrasi serta gerakan-gerakan radikal yang muncul pula di Indonesia sejak orde lama

Mengambil sudut pandang yang berbeda dari Asman, DR. Bagus menjelaskan bahwa yang terlibat dalam gerakan radikal tak jarang adalah orang-orang muda. Menurtnya, orang muda dapat dengan mudah terpengaruh ajaran radikal sebab tengah mencari eksistensi diri. Sedangkan pencarian eksistensi sendiri paling optimal ketika terjadi kegalauan sehingga dapat dengan mudah dicokok dengan paham-paham kekerasan. Setelah menerima paham-paham ini, orang-orang tersebut berhenti mencari jati diri dan berpikir. “Padahal hidup adalah perjalanan,” tambah beliau. Pada titik inilah iman atau kepercayaan dianggap menjadi justifikasi dari perilaku kekerasan.

DR. Bagus menambahkan dari segi pendidikan, bahwa kekerasan berbalut iman terjadi akibat salah asuhan yang mengakibatkan seseorang tidak mencapai pendewasaan yang dapat memecahkan masalah (problem solving). Pendidikan yang baik menurut beliau adalah pendidikan yang bisa menimbulkan keasyikan dalam menimba ilmu sebab akan terbuka dengan berbagai pemikiran. “Budaya ilmu adalah continuous improvement yang membentuk mentalitas open mind.” Hal ini juga terkait dengan pendidikan yang gagal dalam generasi tertentu. Masih menurut DR. Bagus, menuntut ilmu tidak ada jalan pintasnya, harus melalui proses yang panjang. “Harus bersikap sabar dan terbuka, jangan hanya minta jawab yang singkat.  Kalakoning kanthi laku,” tandas beliu dalam Bahasa Jawa.

Diskusi dan bedah buku tersbut dihadir oleh peserta-peserta dari FH maupun luar FH UGM seperti Fakultas Teknik. Antusiasme peserta juga terlihat dari berbagai pertanyaan yang muncul dalam diskusi tersebut. Seorang peserta bertanya mengapa negara-negara yang berdasarkan keimanan justru sering terjadi konflik. Menurut Asman hal tersebut tidak dapat dijadikan parameter, masih banyak parameter lain yang harus dibuktikan sebelum mengambil kesimpulan bahwa negara teokrasi justru lebih tidak aman. Asman memberikan contoh negara Iran yang berdasarkan teokrasi namun kini dipandang cukup aman. Peserta diskusi lain, Hanifah dari BPPM Mahkamah mempertanyakan sampai titik manakah pendewasaan sehingga tidak terbawa arus paham radikal.  DR. Bagus menjelaskan bahwa titik kedewasaan adalah titik di mana manusia memahami hakikat kehidupan yaitu ketidakpastian. Manusia harus selalu bertanya dan tidak boleh puas dengan jawaban yang ada, di situlah inti kehidupan di mana dia memahami kenyataan hidup. Seusai sesi tanya jawab acara diakhiri dengan penutupan dari moderator, dilanjutkan dengan penyerahan penghargaan bagi kedua pembicara. (Agnes, Hanifah, Dipta)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *