Ada hening menanting
Mengentalkan kabut di batinku terbaring
Sayup desahmu berdegup menyusup hati
Bergereseh lewat lubang-lubang dinding.
Terkaca di matamu cerlang angkasa
Seakan pantulan dian seakan cuaca
Menjagakan siang di waktu malam
Di mana lentera menyala menerjemahkan mentari.
Rindu merubung sayang merubung
Gairah membenam sebuku demi sebuku
Bayangmu yang mungil menyeruak kembali
Mencegah langkah kecilku, tertunda
Untuk tak berlanjut lagi.
Ada hening menanting
Cintaku yang terlontar.
Wahai, simaklah disini dan kepada siapa puisi ini saya hembuskan.
Simaklah dirimu di sini !
– Umar Mubdi –