Selasa (17/5) malam di Gedung 1 Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (FH UGM) ratusan mahasiswa FH UGM bekumpul. Mereka merayakan closing Kompetisi Peradilan Semu Internal Piala Dekan Fakultas Hukum (PDFH) UGM yang diselenggarakan oleh Komunitas Peradilan Semu Satria Paramartha (Sparta) FH UGM. Malam itu, perwakilan tiap Lembaga Otonom/Lembaga Semi Otonom (LO/LSO) se-FH UGM diundang untuk membacakan jawaranya.
Perhelatan tahunan yang lebih akrab disebut PDFH itu, tahun ini telah memasuki kali kesebelas. Dengan mengusung tema “Penyelesaian Masalah Narkotika dalam Perspektif Hukum Positif Indonesia”, ketua panitia, Nathan Dippos Fajar berharap mahasiswa paham akan bahaya narkoba serta pengaruhnya yang begitu merusak bagi bangsa. Harapan itu ia sampaikan saat sambutan pembukaan PDFH pada Senin (16/5) lalu.
Closing PDFH dimulai pukul 19.00 WIB oleh MC sembari mengakurkan semangat masing-masing delegasi LO/LSO. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Nathan Dippos Fajar selaku Ketua Pelaksana, Muhammad Rizal Rawi selaku Ketua Komunitas Satria Paramartha, dan Dr. Sulastriyono, S.H., M.Si. selaku wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Ketiganya berharap agar PDFH tahun ini tidak hanya bertujuan untuk memperoleh prestasi tetapi juga menumbuhkan semangat kompetisi dan memerangi narkotika. Selanjutnya Sanggar Kesenian APAKAH FH UGM membawakan tiga lagu yang diaransemen dengan nuansa jazzy. Dua diantaranya adalah lagu daerah Jawa Tengah “Padhang Wulan” dan lagu “Cinta” yang dipopulerkan oleh Vina Panduwinata.
PDFH kali ini, Asian Law Students Association (ALSA) berhasil memborong penghargaan, antara lain : Panitera Terbaik, Saksi Terbaik, Terdakwa Terbaik, Majelis Hakim terbaik, dan Sidang Terbaik. Sedangkan Berkas Terbaik diraih oleh Keluarga Mahasiswa Katholik (KMK), Penuntut Umum Terbaik diraih Keluarga Muslim Fakultas Hukum (KMFH), dan Penasihat Hukum terbaik diraih oleh Dema Mahasiswa (Dema) Justicia. Posisi Juara Umum secara berturut-turut diraih oleh ALSA, Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK), dan KMFH.
Kata mereka tentang PDFH
“Latihan dari 18 Februari sampai selasa pagi. Berangkat pagi pulang malam, apalagi weekend, dari jam 7 sampai jam 10 dan gak libur paling cuma 2 kali, capek dan juga tekor karena kita makannya banyak banget, juga buat print-print berkas gitu kan, tapi walaupun keras latihannya dan pelatihnya juga keras banget, ya efeknya kerasa jadi dapet” tutur Emil Z. Sasongko selaku ketua delegasi dari ALSA.
Hal serupa juga dirasakan oleh Pradita, Sisil, dan Novita selaku perwakilan dari KMFH. Mereka mengiyakan bahwa ada tekanan dalam diri agar tim tampil maksimal. Menurut mereka kompetisi peradilan semu adalah ajang yang dilihat banyak orang dan membuat lebih percaya diri di depan umum. Selain itu, peradilan semu juga membuat para pihak lebih dekat dengan para praktisi dan sesama teman delegasi.
Saat ditemui akhir pekan lalu, Nathan Dippos selaku ketua pelaksana kompetisi ini menyampaikan beberapa hal terkait persiapan pelaksanaan kompetisi ini. “Untuk tahun ini, ada 58 orang panitia yang terlibat dalam kompetisi PDFH. Kami melakukan persiapan kurang lebih 4 bulan. Sedangkan untuk juri, ada 5 unsur yaitu dari penyidik, advokat, PU, hakim, dan juga akademisi.”
Saat ditanya mengenai kendala dalam persiapan kompetisi, ia mengaku tidak ada kendala yang cukup berarti selama persiapan. “kalau pun ada, semua dapat teratasi dan tidak sebanding dengan besarnya manfaat dari kompetisi ini” tandasnya.
Selain itu, Nathan juga menambahkan harapannya atas terselenggaranya kompetisi ini. Menurutnya kompetisi ini bukan semata-mata menjadi ajang bergengsi yang diadakan setiap tahun di lingkungan FH UGM. Selain meningkatkan semangat berkompetisi, kompetisi ini juga memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat FH UGM.”Yang terpenting adalah agar semua pihak mengetahui serta ikut serta memberantas bahaya narkotika”, imbuhnya.(Rully,Adik, Dika)