web analytics
Siapa Musuh Sebenarnya?

Siapa Musuh Sebenarnya?

Oleh: Rizaldy Ari, Kadiv Pemasaran BPPM Mahkamah 2017

Belakangan ini, masyarakat Indonesia tengah disibukkan oleh berbagai macam isu. Entah itu politik, ekonomi, atau yang lainnya. Hal yang menarik dari isu-isu tersebut ialah selalu berkaitan dengan unsur yang bersifat abstrak, yaitu suku, agama, ras, dan antargolongan atau biasa kita sebut SARA. Mulai dari pemilihan kepala daerah sampai dengan isu adanya tenaga kerja dari negeri Tiongkok yang mendiskreditkan tenaga kerja lokal. Dampak dari hal ini ialah semua tindakan baik itu dari masyarakat ataupun pejabat yang menyerempet unsur SARA akan menuai kecaman dari publik. Tentu, kita tidak ingin hal-hal ini terus berlanjut untuk kedepannya.

Lalu, dalam benak saya pun muncul pertanyaan yang menjadi judul tulisan saya ini. Siapa sih musuh kita sebenarnya? Apakah sesama rakyat Indonesia yang suku, ras, agama, dan pola pikirnya berbeda? Pertanyaan ini terus berputar di dalam benak saya.

Ditengah kebingungan ini, saya melihat persamaan dari individu-individu yang terlibat dalam isu-isu tersebut. Contohnya, para massa aksi belakangan ini dan para wartawan yang meliput tentu menggunakan kendaraan bermotor dalam mencapai tujuan mereka, baik itu untuk melakukan aksi maupun untuk meliput aksi tersebut. Hal yang lucu ialah walaupun mereka berbeda kepentingan tetapi tetap saja kendaraan motor yang dipakai mayoritas berasal dari Negeri Matahari Terbit. Contoh lain terjadi pada para pemimpin massa aksi belakangan ini dan pihak yang mereka tuntut. Walaupun mereka tengah berseteru, tetapi saat mengeluarkan gadget dari saku tetap saja yang keluar merk-merk berlogo apel ataupun merk-merk yang berasal dari Asia Timur sana.

Saat melihat persamaan ini, saya sedikit tertawa. Walaupun kita berbeda, tetapi tetap saja semua barang yang sering kita gunakan rata-rata merupakan barang dari perusahaan asing. Mulai dari  kendaraan, gadget, barang elektronik, peralatan masak, pakaian (walaupun beberapa) hingga barang-barang kecil lainnya.

Tentu akan ada pertanyaan,  ”Lah, terus kenapa?”. Coba dipikirkan lagi, walaupun kita terus-menerus berseteru satu sama lain tetap saja Perusahaan Asing terus menanamkan produk-produk mereka di negeri kita. Ibarat peribahasa “Memancing di Air Keruh”, kita merupakan kolam keruh yang memiliki ikan yang besar dan diburu oleh para pemancing. Walaupun ikan di dasar kolam sedang tidak akur, pemancing tidak akan peduli yang penting mereka tetap bisa memancing.

Dan dari hal tersebut tentu kita akan berpikir, sampai kapan kita terus menjadi “ikan”? Apakah kita dapat menjadi “pemancing”? Sampai kapan kita terus menjadi konsumen? Apakah kita bisa menjadi produsen? Sampai kapan kita terus ditanami modal? Apakah kita akan bisa menanam modal?

Dan yang lebih penting lagi…

SIAPA MUSUH SEBENARNYA?

Sumber Gambar

http://ziyaht.blogspot.co.id/2011/11/tugas-bahasa-indonesia-2-karikatur.html

Leave a Reply

Your email address will not be published.