Proses pemilihan rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) telah dimulai. Lebih kurang tiga minggu lagi rektor baru akan terpilih. Perhelatan lima tahunan ini merangsang respon yang berbeda diantara mahasiswa. Sikap kritis ditunjukkan mahasiswa untuk menyambut kedatangan nahkoda kampus biru. Namun, sikap apatis pun tidak luput dari peredarannya. Persentase satu suara mahasiswa dalam pemilihan rektor UGM menjadi penyebabnya. Satu suara yang berasal dari perwakilan mahasiswa di Majelis Wali Amanat (MWA) UGM tersebut, dinilai belum mampu merepresentasikan seluruh keberagaman mahasiswa UGM.
Anggota Majelis Wali Amanat Unsur Mahasiswa (MWA UM), Muhsin Al Anas, menyatakan keberatannya mengenai jumlah perwakilan mahasiswa di MWA UGM. “Bagi saya, itu cukup berat,” ungkap mahasiswa program pascasarjana Fakultas Peternakan ini. Lantas, apa yang menyebabkan dia berkata demikian? Kepada BPPM Mahkamah, Muhsin memaparkan problematika MWA UM dan kaitannya dengan pemilihan rektor periode 2017-2022.
Muhsin dapat dikatakan beruntung. Dari puluhan ribu mahasiswa jenjang diploma, Sarjana, dan Pascasarjana, ia terpilih untuk mewakili mahasiswa di MWA UGM. Anggota MWA UGM terpilih periode 2016-2021 berjumlah 16 (enam belas) orang.[1] Jumlah ini berbeda dengan apa yang tercantum dalam Peraturan Rektor Nomor 1 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pemilihan Anggota MWA UGM. Dalam Peraturan Rektor a quo pasal 2 disebutkan bahwa anggota MWA UGM berjumlah 19 (sembilan belas) orang, berasal dari unsur menteri, Sri Sultan Hamengkubuwono, rektor, enam tokoh masyarakat, dua perwakilan alumni, dan masyarakat UGM. Masyarakat UGM tersebut terdiri atas tiga Guru Besar, tiga dosen bukan Guru Besar, satu tenaga kependidikan, dan satu mahasiswa. Hal tersebut dikarenakan tiga orang yang berasal dari unsur menteri, Sri Sultan Hamengkubuwono, dan rektor tidak dipilih melalui rapat pleno.
Pemadatan jumlah anggota MWA menjadi sebab terjadinya penyusutan jumlah anggota MWA. Ini yang menjadi kritik saya. Mudah-mudahan kedepannya, MWA UM ada dua lagi.
— Anggota Majelis Wali Amanat Unsur Mahasiswa, Muhsin Al Anas
Sebelum Statuta UGM Tahun 2013 berlaku, unsur mahasiswa dalam MWA UGM terdiri dari dua orang. Hal ini dibenarkan oleh Muhsin, “Satu dari pascasarjana, satu dari program sarjana.” Pada periode 2007-2012, terpilih 19 dari 20 anggota MWA UGM yang diharapkan. Hal ini karena satu unsur mahasiswa program S1 dan diploma tidak mengirimkan wakilnya di MWA UGM. Dilansir dari situs resmi UGM, Sekretaris Senat UGM pada waktu itu, Dr Fathurochman, membenarkan bahwa pada awalnya mereka (mahasiswa program S1 dan diploma) akan mengajukan calon yaitu ketua DPM dan ketua BEM. Dalam praktiknya, mereka tidak mengurungkan niatnya, namun tidak mengirimkan perwakilannya. “Secara administratif kita telah memberikan surat resmi, dan kita minta apabila sampai kemarin (30/8) jam 12.00 tidak memberikan masukan berarti dianggap tidak mengajukan”, ujar Faturochman.[2]
Muhsin menuturkan, pemadatan jumlah anggota MWA menjadi sebab terjadinya penyusutan jumlah anggota MWA. Pemadatan ini mulai diterapkan setelah adanya Statuta UGM 2013 yakni dalam pasal 27 yang menyatakan bahwa perwakilan dari unsur mahasiswa hanya satu orang. “Ini yang menjadi kritik saya. Mudah-mudahan kedepannya MWA UM ada dua lagi,” ujar pria kelahiran Wonogiri, 19 April 1992 ini.
Berbicara soal pemilihan rektor, Muhsin mengatakan bahwa mahasiswa memiliki peran yang sangat krusial. Hal ini dikarenakan MWA UM memiliki satu suara dalam pemilihan rektor. “Kami memposisikan teman-teman mahasiswa yang tidak punya suara sebagai mitra strategis,” ujarnya. Menurutnya, dengan dibentuknya Tim U-21 diharapkan mampu memberikan akses bagi mahasiswa untuk menyumbang aspirasi dalam pemilihan rektor periode 2017-2022. Tim U-21 ini merupakan forum ketua lembaga yang menjaring draft aspirasi dari mahasiswa. Draft tersebut akan disampaikan kepada Menteri, Senat Akademik, dan MWA.
Dilain sisi, Muhsin menilai kinerja MWA saat ini lebih baik dibanding periode sebelumnya. Dia menyatakan MWA sekarang lebih terbuka. “Terbuka dalam artian ketika kami disurati untuk diskusi seputar kampus atau yang lain, kami mencoba untuk menghadirinya. Forum aspirasi terkait pemilihan rektor pada tanggal 18-31 Maret ini juga sebagai bentuk keterbukaan MWA sekarang,” ungkapnya. Sehubungan dengan pemilihan rektor, MWA gencar mempublikasikan informasi melalui televisi, radio, koran, dan media lain. Pada 18-31 Maret ini, MWA juga akan mengadakan forum aspirasi pemilihan rektor yang menyasar empat segmen, yakni professor, dosen, tenaga kependidikan, serta mahasiswa.
Salah satu anggota panitia kerja pemilihan rektor tahun ini, Dr. Arie Sudjito, S.Sos menjelaskan bahwa pemilihan rektor memiliki arti penting bagi mahasiswa. “Sebagai pemilik saham, kalian (mahasiswa) berhak mengawal pemilihan rector,” imbuhnya dalam acara diskusi terkait pemilihan rektor di Gedung 3.3.1 Fakultas Hukum UGM.
Muhsin Al Anas mengatakan sejauh ini proses pemilihan rektor berjalan lancar dan minim konflik. “Kami sudah benar-benar memikirkan apa yang seharusnya dilakukan, kami sudah mengantisipasi konflik-konflik yang akan muncul,“ ujarnya. Dia menambahkan, banyaknya protes dalam pemilihan dekan di beberapa fakultas, seperti pemilihan dekan di Fakultas Hukum menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi MWA. “Selain pemilihan dekan tersebut, pemilihan rektor sebelumnya dan diskusi-diskusi dengan mahasiswa juga menjadi catatan penting untuk pemilihan rektor periode ini,” tutup Muhsin.
(Tata Wardhani, Adik Miftakhur)
[1] https://www.ugm.ac.id/id/berita/11577-terpilih.anggota.mwa.ugm.periode.2016-2021
[2] https://www.ugm.ac.id/id/berita/1910-terpilih.19.anggota.mwa.ugm.periode.2007.-.2012