web analytics

Sekala Niskala, Garis Tipis Antara Mimpi dan Kenyataan

 

Judul                  : Sekala Niskala (The Seen and Unseen)

Tanggal tayang : 08 Maret 2018

Produser           : Kamila Andini, Ifa Ifansyah, Gita Fara

Pemain              : Ni Kadek Thaly Titi Kasih, Ida Bagus Putu Radithya Mahijasena, Ayu Laksmi

Durasi                : 86 menit

 

Penghargaan   : Tokyo FilmeX 2017, Asia Pacific Screen Awards 2017, Jogja-NETPAC Asian  Film Festival 2017, Toronto International Film Festival 2017, Berlin International Film Festival 2018

Sekala Niskala dibuka dengan adegan di kamar rumah sakit. Tampak seorang bocah lelaki terbaring lemah di atas tempat tidur. Keluarganya turut serta menemani, hanya saja ada anak perempuan yang menolak untuk masuk ke dalam dan hanya berdiri di depan pintu. Anehnya, ditangannya tergenggam telur,yang kemudian pecah. Dari adegan ini, kita lantas dapat merasakan bahwa akan ada sesuatu yang buruk terjadi kemudian.

Kita lalu akan dibawa kembali dimasa Tantri dan Tantra, kedua anak kembar ‘buncing’ ini, masih bersama dan dalam keadaan sehat. Selain kilasan masa lalu, mimpi-mimpi Tantri adalah unsur utama dalam film ini. Di dalam mimpinya, Tantri tidak sendirian, ia selalu ditemani dengan hantu anak-anak yang mungkin merupakan perlambang kesedihan jiwa Tantri.

Selama 86 menit, kita masuk ke dunia mimpi dan nyata. Tidak ada alur yang jelas, kita harus memahami sendiri mana yang mimpi dan mana yang merupakan kenyataan pahit. Disinilah letak keunikan film ini. Pada setiap adegan kita seakan terbuai, di dalam hati ada keinginan agar adegan ini merupakan kenyataan lalu akan ada saja penanda tak terduga bahwa adegan itu kemungkinan mimpi, dan harapan kita pun runtuh. Perbedaan yang tidak jelas antara mimpi dan kenyataan ini akan meninggalkan kesan yang mendalam bagi kita. Perjuangan Tantri dalam menyelamatkan Tantra tidak mengenal batasan dunia, ia tetap berjuang meski dalam mimpi.

Selain itu, film ini juga menyuguhkan kultur kehidupan Bali yang sangat kental, contohnya tarian-tarian Tantri, nyanyian mereka, filosofi-filosofi Hindu, serta kehidupan masyarakat pertanian. Analogi dalam film ini pun dirancang dengan baik dan membuat kita berpikir berulang kali. Salah satu scene yang mendalam bagi saya adalah ketika Tantri sedang memakan telur rebus, ia lalu tidak dapat menemukan kuning dari telur itu. Tantri makan dengan panik, mencari-cari kuning telurnya. Kita harus selalu ingat selama menonton film ini bahwa setiap detail kecil bermakna dalam.

Walaupun film ini tidak menampilkan alur yang jelas, pesan yang ingin disampaikan menurut saya cukup tersalurkan. Kita dapat merasakan kesedihan dan kepedihan hati seorang anak perempuan yang tidak tega melihat kembarannya sakit. Orang-orang disekitar mereka berdua juga semakin memperkuat rasa yang ingin dibagikan Tantri dan Tantra kepada penonton.

Secara keseluruhan, film ini sangat memikat dan magis. Pengambilan gambar di malam hari disertai dengan bulan purnama makin menambah kesan magis namun indah. Memang diperlukan pemikiran dalam untuk membedakan antara kenyataan dan mimpi yang dimunculkan secara acak. Selain itu, mungkin bagi beberapa orang film ini akan menjadi film yang membosankan, karena alur yang lambat dan dialog yang sangat sedikit. Belum lagi analogi-analogi yang kental dengan budaya Bali terkadang kurang dimengerti oleh masyarakat awam.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.