BPPM MAHKAMAH – Bertepatan dengan hari Kebangkitan Bangsa, pekikan “merdeka” bergemuruh dalam diskusi bertajuk Youthnity: Reflection – Re-united after election di Kampung Tugu Yogyakarta Senin petang (20/5/2019). Diskusi ini menjadi upaya pembedahan masalah sekaligus refleksi terhadap perpecahan yang terjadi pasca pemilihan umum.
Tariq Hidayat P, founder Komunitas Bantul Bergerak, memaparkan pentingnya merefleksikan fenomena saat ini dengan menggunakan kacamata historis. Menurutnya, kesatuan dan persatuan tercetus dari kesadaran pemuda terdahulu.
“Ingat sejarah itu berulang. Bagaimana dulu dalam sejarah bangsa Indonesia, disaat-saat sulit dan menentukan, para pemuda hadir dan memberikan suatu tekad yang sama untuk bersatu, begitupun seharusnya sekarang,” ujar Tariq.
Lebih lanjut ia memberikan bukti-bukti konkret bagaimana pemuda Indonesia menjadi pelopor dari pergerakan persatuan dan kesatuan tersebut.
“Saat semangat persatuan dan kesatuan belum ada, Budi Oetomo hadir sebagai organisasi nasional yang sangat berpengaruh,” paparnya. “Hadir lagi Perhimpunan Indonesia dengan pemikiran-pemikirannya yang mulai non-kooperatif dengan penjajah, Pemuda angkatan ’66 menyuarakan penderitaan rakyat, angkatan ’74 dengan aksi penolakannya terhadap modal asing, hingga reformasi yang menumbangkan rezim yang sewenang-wenang.”
Tariq berpesan jangan jadikan sejarah hanya sebagai romantisme masa lalu. Sejarah seharusnya menjadi bahan refleksi yang dapat dikontekstualisasikan dengan permasalahan sekarang.
Penulis: Estu
Foto: Istimewa
Editor: Faiz Al-Haq