Sudah bukan hal asing di telinga, berbagai kasus bunuh diri maupun depresi yang menimpa kalangan mahasiswa. Banyak pemicu yang menyebabkan seseorang memutuskan mengakhiri hidupnya. Tuntutan pendidikan dan ekonomi yang semakin tinggi, masalah asmara, maupun ambisi memenuhi standar kehidupan sosial tidak jarang menjadi salah satu pemicu seseorang mengalami gangguan kesehatan mental.
Bertempat di Museum Pendidikan Indonesia, BPPM Ekspresi Universitas Negeri Yogyakarta menggelar Festival Literasi Kesehatan Jiwa untuk mengangkat isu penting mengenai kesehatan mental kepada publik. Abdul Hadi, salah seorang panitia, mengatakan bahwa isu kesehatan mental yang sering kali ditutup-tutupi membuat kasus bunuh diri di antara kalangan mahasiswa terus meningkat tiap tahunnya.
BPPM Ekspresi berkolaborasi dengan sejumlah badan pers mahasiswa universitas lain dalam menampilkan karya-karya bertema kesehatan mental kepada pengunjung. Beberapa karya yang ditampilkan adalah lukisan, puisi, dan majalah dari BPPM Ekspresi yang secara khusus membahas kesehatan mental. Salah satu karya lukisan yang ditampilkan adalah milik seniman Yusuf Novantoro berjudul “Duniaku Selamanya Membara Menerangi Semesta”.
Dalam lukisannya, Yusuf Novantoro menggambarkan seorang pemuda yang pandai memainkan alat musik dan selalu melantunkan lagu bahagia untuk seorang gadis. Suatu ketika, si pemuda ingin melantunkan lagu sedih, tetapi sang gadis menolak dan memintanya untuk kembali melantunkan lagu bahagia. Pemuda pun pergi untuk mencari gadis lain yang mau mendengarkan lagu-lagu yang ia ingin lantunkan. Melalui lukisannya itu, pelukis ingin menyampaikan kepada orang lain agar kita tidak hidup berdasarkan apa yang orang lain inginkan atas kita. Tetapi kita harus hidup seperti halnya kita apa adanya, bersama dengan orang yang menerima kita di kala suka maupun duka.
Tidak hanya berbicara lewat karya-karya yang ditampilkan, Festival Literasi Kesehatan Mental juga menyediakan fasilitas konseling bagi pengunjung yang ingin berkonsultasi. Fasilitas tersebut tidak dipungut biaya dan cukup dengan mengisi formulir yang disediakan oleh panitia.
“Kegiatan konseling ini sebenarnya terinspirasi dari salah satu acara yang diadakan oleh Fisipol UGM. Di acara itu juga diadakan kegiatan konseling, tetapi secara berkelompok. Kami pun ingin mengadakan kegiatan serupa, hanya saja konseling dilakukan secara pribadi agar pengunjung bisa puas menceritakan masalahnya,” ungkap Abdul Hadi di tengah-tengah kegiatannya menjaga stand karya lukisan.
Festival Literasi Kesehatan Jiwa dibuka mulai pukul 10.00 WIB dan dilanjutkan hingga pukul 21.25 yang terdiri dari berbagai acara, yaitu Pameran Literasi Kesehatan Mental, penampilan musik dari sejumlah bintang tamu, screening film, dan Diskusi “Quarter Life Crisis”. Hadi berharap dengan diadakannya Festival Literasi Kesehatan Jiwa, masyarakat khususnya mahasiswa yang sedang mengalami masalah berat di hidupnya tidak merasa sendiri dan dapat terbuka dengan orang lain, seperti tagline dari acara ini: tak ada orang yang benar-benar sendirian. Kita datang dan merayakan bersama-sama.
Penulis: Rosa
Dokumentasi: Winda
Editor: Mustika