web analytics
“Gaya Hidup Rendah Karbon” – Jawaban untuk Menjaga Kelestarian Lingkungan

“Gaya Hidup Rendah Karbon” – Jawaban untuk Menjaga Kelestarian Lingkungan

Bertepatan dengan Era Normal Baru, Climate Institute bekerja sama dengan Friederich Naumman Foundation for Freedom dan Kementerian Hukum dan HAM RI mengadakan webinar bertajuk “Pentingnya Penerapan Gaya Hidup Rendah Karbon Dalam Memenuhi Hak Atas Lingkungan Pasca Covid-19”. Pada webinar ini, dihadirkan empat panelis, antara lain Azis Kurniawan selaku Research and Development Manager Coaction Indonesia, Fahmi Saimima selaku Tim Advokasi Bike2Work Indonesia, Marlistya Citraningrum selaku Program Manager Sustainable Energy Access Institute for Essential Service Reform, dan terakhir Sudayarto selaku Team Leader Strategic Partnership Law Carbon Development Indonesia/Bappenas yang dimoderatori oleh Putri Potabuga dari Climate Institute. 

Jonathan Davy, perwakilan Friederich Naumman Foundation for Freedom, mengungkapkan, “Sempat kita lihat di berbagai postingan di sosial media, lingkungan serta kualitas udara semakin baik saat PSBB, dan dikhawatirkan keadaan lingkungan akan kembali memburuk atau justru semakin parah setelah New Normal. Akan tetapi, menurut para ahli, PSBB bukanlah solusi jangka panjang. Perlu ada perubahan perilaku dari masyarakat untuk menjaga lingkungan tetap baik. Oleh sebab itu, pertumbuhan ekonomi post-Covid 19 perlu memperhatikan aspek lingkungan hidup.” 

Ada lima kegiatan prioritas yang perlu dilakukan guna mendukung pembangunan rendah karbon. Sudaryanto menyampaikan, lima kegiatan tersebut di antaranya adalah pembangunan energi berkelanjutan, pemulihan lahan berkelanjutan, penanganan limbah, pembangunan industri hijau, serta rendah karbon di wilayah pesisir dan laut. Bappenas sebagai badan perencanaan pembangunan nasional telah melakukan beberapa program guna mewujudkan pembangunan rendah karbon. Salah satu kegiatan adalah pemanfaatan biogas untuk usaha kemandirian energi rumah tangga dalam mendukung gerakan konservasi lingkungan yang dilakukan bersama Sesami. Tercatat sudah  terbangun 20 unit biodigester di rumah warga. Pengelolaan biodigester dikelola langsung oleh masyarakat dengan adanya lembaga “koperasi hijau”. Di samping pemanfaatan biogas, Bappenas bersama Sesami juga turut melakukan rehabilitasi lahan bekas penambangan di lereng Gunung Merapi bagian barat dengan ditanami vegetasi perkebunan. 

Pengembangan gaya hidup rendah karbon yang terus gencar dipromosikan ini merupakan kegiatan berskala besar, sehingga perlu didukung pula dengan gaya hidup masyarakat. Perilaku seperti menjadikan sepeda menjadi alat transportasi dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu langkah awal gaya hidup rendah karbon. Fahmi mengatakan, “Sepeda adalah mobilitas rendah karbon sesungguhnya. Sepeda sebagai gaya hidup hanyalah bonus belaka.” Fahmi mencontohkan di beberapa negara, seperti Jerman, Kolombia, Australia, Inggris, dan Selandia Baru telah memfasilitasi para pesepeda agar penggunaan sepeda sebagai transportasi utama menjadi nyaman. Di Indonesia sendiri, di beberapa kota, Bandung misalnya, juga telah memfasilitasi para pesepeda dengan adanya jalur khusus bagi mereka. Pengalihan dari penggunaan kendaraan bermotor ke kendaraan ramah lingkungan, seperti sepeda, diharapkan dapat memperbaiki kualitas udara yang selama ini tercemar oleh asap kendaraan. Fahmi berharap anak-anak muda dapat mulai memikirkan untuk beralih menggunakan sepeda. Terlebih setelah pandemi, ada peningkatan yang baik dari angka pengguna sepeda mencapai 10 kali lipat dari keadaan biasa. 

Di akhir diskusi, Aziz Kurniawan, sebagai penutup diskusi menyampaikan bahwa implementasi gaya hidup rendah karbon memerlukan peran besar dari generasi muda. Sebab generasi muda adalah generasi yang nantinya akan mendapatkan dampak yang paling besar apabila lingkungan rusak. Oleh sebab itu, generasi muda dituntut untuk memiliki peran yang besar untuk menjaga agar lingkungan tetap lestari demi kehidupan di masa mendatang. “Generasi muda adalah agent of change, mereka memiliki inovasi yang tinggi dan sering melakukan praktik serta gerakan sosial untuk kelangsungan lingkungan hidup,” tutur Aziz sebagai kalimat penutup diskusi.

Penulis: Rosa Pijar
Editor: Mustika

Leave a Reply

Your email address will not be published.