web analytics
ARCA JOKO DOLOG

ARCA JOKO DOLOG

Seluruh siswa kelas XI IPS SMA Tresna Ilmu tengah berbincang-bincang mengenai objek bersejarah yang akan mereka kunjungi ketika bertamasya ke Kota Surabaya pada akhir pekan nanti. Semua siswa nampak sangat bersemangat. Di antara 29 murid, yang paling nampak antusias adalah Zafran dan Mulyo. Sang ranking satu dan dua ini terlihat sangat bersungguh-sungguh. Mereka sudah tak sabar lagi menunggu datangnya akhir pekan.

Zafran dan Mulyo sangat suka sejarah. Berbagai buku dan artikel mengenai sejarah telah mereka simpan rapat dalam relung jiwa. Zafran adalah anak seorang profesor yang dalam kesehariannya selalu bersikap sangat logis. Semua kejadian yang telah terjadi, ia tafsirkan secara ilmiah hingga semua guru menjulukinya “Siswa Rasional” karena rasionalitasnya yang tinggi dalam menginterpretasikan segala hal. Maka pantaslah, ia selalu menjadi siswa dengan nilai tertinggi di kelas selama dua semester terakhir. Sementara itu, Mulyo, rival abadi Zafran, terlihat penuh akan pancaran aura misteri pada raut wajahnya. Mulyo dikenal sebagai seorang siswa yang sangat percaya adanya kekuatan “supranatural” dalam kehidupan ini. Segala fenomena yang terjadi di dunia, selalu ia sangkut pautkan dengan unsur magisme. Ia selalu menentang pernyataan Zafran yang sangat rasionalis-idealis.

Banyak orang mengatakan bahwa Mulyo tidak pernah belajar. Bahkan, belakangan ini terdapat sebuah issue kontroversial mengenai kepribadian Mulyo. Gosip mengenai tingkah abnormal-misterius Mulyo ini bermula tatkala Pak Zaenal yang merupakan tetangga dekat Mulyo sekaligus cleaning service di sekolah kami memergokinya membakar buku paket hingga menjadi abu yang kemudian ia hirup dalam-dalam. Entah hal tersebut benar atau tidak, yang jelas nilai ujian Mulyo selalu di atas rata-rata. Ia selalu sukses menempel posisi Zafran yang menjadi “petahana” ranking satu kelas. Mungkin, karakteristik Mulyo yang sedemikian elusive ini warisan dari buyutnya, Ki Sekti Mantramandala, paranormal tersohor pada masanya.

Akhir pekanpun tiba. Seluruh siswa kelas XI IPS SMA Tresna Ilmu terlihat sangat gembira dalam perjalan menuju Kota Surabaya. Rencananya, mereka berkunjung ke objek-objek bersejarah yang terkenal. Destinasi pertama yang akan mereka kunjungi adalah sisa kebudayaan masa lampau Kerajaan Singasari berupa arca penjelmaan Raja Kertanegara yang agung. Arca yang melegenda ini lebih dikenal dengan sebutan arca “Joko Dolog” di mana terletak di pusat Kota Surabaya, dekat dengan keramaian. Jarak kota kami dengan Kota Surabaya memang jauh. Sekitar 94 km. Perjalanan ditempuh hanya dalam waktu 60 menit karena bus kami melaju dengan sangat kencang.

Sesampai di Surabaya, kami langsung menuju lokasi arca Joko Dolog. Di sana, kami disambut dan diberi gambaran umum mengenai arca Joko Dolog oleh Pak Hadid, Tour Guide kami.

“Perkenalkan adik-adik, nama saya Hadid Malik, bisa dipanggil Pak Hadid. Bapak akan bercerita mengenai asal muasal arca Joko Dolog.”


Semua anak tampak ternganga melihat agungnya arca perwujudan Raja Kartanegara di depan mata mereka. Kemudian mereka mendengarkan penjelasan Pak Hadid.

“Arca Joko Dolog, merupakan peninggalan Kerajaan Singasari yang menurut legenda, dibuat pada tahun 1289 sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Kartanegara, raja terakhir kerajaan Singasari.” tutur Pak Hadid.

Semua anak sangat sibuk mencatat sembari menyimak, termasuk Zafran dan Mulyo yang nyaris tak bekedip karena sangat fokus mengindahkan perkataan Pak Hadid.

“Arca yang sangat agung ini ditemukan di desa Bejijong, Trowulan Mojokerto pada tahun 1812 hingga kemudian dipindahkan di sini, Kota Surabaya dengan rencana akan dibawa ke Belanda melalui jalur laut.”

“Namun, saat hendak dipindahkan ke kapal, arca ini tidak dapat diangkut. Meskipun dengan berbagai macam cara, hasilnya tetap nihil. Akhirnya diputuskan tidak dibawa ke Belanda.”

Usai memberikan penjelasan kepada para siswa, Pak Hadid berkata:

“Baiklah, di antara 29 murid ini, mungkin ada yang ingin menanggapi?”

Dari barisan paling depan, terlihat Zafran mengangkat tangan tinggi-tinggi. Kemudian ia memberikan tanggapan:

“Mungkin, satu-satunya alasan arca Joko Dolog tidak dapat diangkat adalah karena tidak adanya alat yang sanggup mengangkatnya pada masa itu. Terlebih-lebih, arca ini berukuran sangat besar dan berat. Maka pantaslah arca ini tidak dapat diangkut.”

Semua siswa bertepuk tangan mendengar pungkasan Zafran yang sangat logis. Namun, tak lama berselang, di tengah-tengah barisan terdapat seorang siswa lagi yang mengangkat tangan. Dialah Mulyo, pesaing berat Zafran.

“Jangan sok rasionalis Bung!, Kita sebagai manusia juga harus percaya adanya kuasa tak kasat mata. Ingat Fran, tidak segalanya bisa dijelaskan secara ilmiah. Kekuatan gaib itu pasti ada. Camkan itu!”

“Mul, Ayolah rasional sedikit. Sudah kukatakan berkali-kali bahwa kekuatan gaib itu mitos belaka! Gunakan rasionalitasmu dalam belajar sejarah!”

Suasana mendadak tegang. Keheningan mulai menyeruak. Segera Pak Hadid bertindak menyelesaikan friksi yang tengah terjadi.

“Semua benar. Tidak ada yang salah. Semua berhak menyatakan interpretasinya masing masing. Namun, yang terpenting kita  harus saling menghargai sentrisme satu sama lain. Bermula dari menghargai pendapat, kita akan dapat menciptakan kedamaian yang hakiki.”

Semua termenung, termasuk Zafran dan Mulyo. Mereka akhirnya terdiam meski ketegangan masih menyelimuti mereka.

“Sudah-sudah, segera bersiap-siap. Masih banyak yang akan kita kunjungi di kota ini. Semua, ayo kembali ke bus!”, Pungkas Pak Hadid.

Penulis: Akmal Prantiaji

Leave a Reply

Your email address will not be published.