Setelah sebelumnya menggelar aksi di depan kantor Polda Daerah Istimewa Yogyakarta pada Selasa (9/2), pada hari yang sama pukul 13.00 WIB, massa aksi Aliansi Solidaritas untuk Wadas kemudian turut mendatangi kantor Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak di Jalan Solo Km. 6, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam aksi tersebut, massa mendesak Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak (BBWS Serayu-Opak) selaku lembaga yang berwenang dalam memberikan rekomendasi terkait pemberian izin penggunaan sumber daya di wilayah sungai, termasuk di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, agar segera menghentikan upaya peralihan lahan milik warga menjadi wilayah pertambangan.
“Yang kita inginkan adalah segera tarik aparat dari sana, segera tarik pihak BBWSO, dan cabut IPR (Izin Pertambangan Rakyat),” ujar Wetuktoa Tubun, salah satu peserta aksi dari LBH Yogyakarta.
Lebih lanjut, Tubun memaparkan bahwa warga Wadas secara mayoritas, yakni hampir 80%, selalu berkomitmen dan dengan konsisten menjaga tanahnya. “Yang diberitakan di media bahwa warga secara minoritas menolak pertambangan itu tidak benar, karena kami punya data soal seberapa warga yang menolak tanahnya di tambang,” sambungnya.
Massa aksi mencoba untuk berdialog dengan pihak dari BBWS Serayu-Opak tetapi tidak mendapatkan respon yang diharapkan. Massa kemudian mencoba memaksa masuk dengan mendobrak gerbang kantor BBWS Serayu-Opak yang tertutup rapat, hingga tercipta sedikit kerusuhan.
“Kondisi di lapangan adalah warga mengalami traumatis, ibu dan anak-anak menangis, bapak-bapak dan pemuda ditahan. Kami mendesak agar upaya menjadikan area Wadas menjadi wilayah pertambangan di Wadas dihentikan,” tegas Tubun.
Reporter : Alvin Danu
Penulis : Fatih Erika
Penyunting : Rieska Ayu
Foto : Alvin Danu