web analytics
“N”

“N”

N terbangun dengan sinar matahari yang menembus kaca jendela kamarnya pagi itu. 

Kamarnya setengah berantakan, buku-buku dan kumpulan catatan kuliah berserakan di meja belajarnya. Di meja itu juga, ada sisa potongan roti sobek yang dicuil dan dimakan olehnya sebelum tidur malam kemarin. Tirainya memang hanya setengah terbuka, tapi karena saat itu jam tujuh, sinar matahari sudah cukup untuk menembus dari kaca jendela sampai ke gelas yang berisi air putih di samping roti.

Kepalanya sedikit pusing, tapi N beradaptasi dengan cepat untuk langsung menyadari apa yang akan dihadapi begitu dia bersiap dan membuka pintu keluar kosnya. 

N, jangan takut. Seseorang seperti berbisik di telinga kanannya.

Kemarin, beberapa akun-akun terkenal dan teman-temannya di media sosial mulai memposting sebuah klip video dengan latar biru tua dan simbol burung garuda yang bertuliskan “PERINGATAN DARURAT”. Klip video itu menimbulkan perasaan mistik dan tidak nyaman, mungkin karena suasana video itu mirip seperti gim horor analog Mandela Catalogue yang menjadi salah satu ketakutannya. N selalu benci dengan Mandela Catalogue, karena saat SMA, temannya pernah mengedit wajah semua anak-anak di kelasnya dengan vibe gim horor itu. N membencinya karena itu menyeramkan. 

Akan tetapi, yang ini berbeda. N tidak menyalahkan seseorang yang tidak sengaja memposting klip peringatan darurat di aplikasi X pertama kali, yang kemudian tiba-tiba menjadi viral. Hal itu dipicu karena beberapa jam setelahnya, gara-gara sebuah keluarga yang sedikit demi sedikit ingin menghancurkan Indonesia, orang-orang mulai muak dan tidak dapat membendung kemarahan lagi. 

N bangkit dari kasurnya, dia bergegas mandi dan berpakaian, lalu melahap sisa potongan terakhir dari roti yang diletakkan di meja kamar. Beberapa menit kemudian, suara motor matic berhenti di depan kosnya. N membawa ransel di punggung, lalu memakai helm dan membonceng temannya. Aku ingin ikut walaupun hanya menjadi pengamat dan pulang saat matahari mulai tenggelam, katanya dalam hati. Selama ini Mama selalu punya alasan untuk tidak pernah ingin mengizinkan N ikut demonstrasi, karena tubuhnya kecil cukup sering tersandung, serta N yang sesekali linglung di tengah keramaian. Akan tetapi, N juga punya cukup alasan. 

“Mama, aku kepingin ikut”, katanya di telepon kemarin malam. “Jangan khawatir, aku bersama teman-teman yang saling menjaga dan melindungi.” Setelah itu, berapa kali pun wanita itu mengungkapkan rasa khawatirnya, Mama tidak punya cara lain untuk menghentikan N. Mama hanya berharap Tuhan selalu melindungi N di Jakarta.

Kalau gim horor adalah hal yang dibenci oleh N, maka ada item dalam beberapa gim horor yang menjadi salah satu kesukaan N, yaitu kamera. Kamera itu bisa memotret segala sesuatu, benda yang ukurannya sedikit lebih besar dari telapak tangan N ini mampu menangkap objek, momen, suasana, dan perasaan yang muncul dari raut muka dan hati manusia. N gemar memotret, maka dia mengabadikan segalanya yang mendorong tindakannya untuk menekan shutter button di kamera. Poster-poster berisikan gambaran dan kekecewaan yang dibuat dalam waktu semalaman, teriakan orasi para mahasiswa —beberapa figur publik dan orang berpengaruh juga ikut— serta media pers yang meliput ramainya demonstrasi. N sesekali berdiri di balik punggung teman-temannya untuk minum dan mengabari keluarganya, sembari melihat orang-orang berseragam yang mulai datang dan memantau semuanya. Salah satu awak media pers dari stasiun TV dan koran mewawancarai perwakilan rombongannya, bertanya mengenai keikutsertaan mereka dalam mengawal isu-isu yang menjadi alasan mereka berdiri di jalanan ini, N mengangguk-angguk di belakang, ikut mendengarkan.

Ini pertama kalinya N mengikuti demonstrasi yang semasif ini, kalau dibilang N cuma ikut-ikutan, nyatanya dia memang ikut-ikutan. Tapi N juga punya alasan mengapa dirinya merasa sangat marah dari kemarin hingga saat ini, bagaimana negaranya seperti tengah berada di ambang kehancuran, tinggal disentil sedikit saja bakal roboh semuanya. Ada sebuah entitas, kalau kata video klip berwarna biru itu adalah ‘bukan manusia’ yang mengobrak-abrik konstitusi demi hasratnya untuk bermain kerajaan. N tahu persis bagaimana hal itu dapat mempengaruhi segala sisi kehidupannya dan teman-temannya, keluarganya dan orang-orang yang disayanginya. Oleh karena itu, N juga melawan. N juga berjuang. Entah sampai kapan, N tahu bahwa semuanya tidak akan berhenti begitu saja begitu malam ini selesai.  

Hari sudah menjelang sore dan sinar matahari segera tenggelam. Mama mulai khawatir dan terus menghubungi, tapi N masih memegang kameranya. Ratusan gambar dari aksi para demonstran tersimpan di dalam kamera kecilnya. Semakin sore, situasi yang tadinya terkontrol sedikit demi sedikit mulai berjalan tidak kondusif. Para orang dewasa dan mahasiswa mulai menghimbau perempuan untuk segera mundur dan pulang.

N tidak tahu kapan dia akan memutuskan untuk pulang, tapi dia akan pulang ketika mereka menang. 

                                                                                        – Selesai –

Judul: “N”

Oleh: Regina Ayu Amara Devi

Editor: Annas

Ilustrasi: Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *