Suatu pagi di hutan lebat yang telah berusia ratusan tahun, matahari terbit dari arah timur. Penduduk hutan mulai keluar dari tempat tinggal masing-masing untuk melakukan aktivitas pagi. Induk itik memandu anak-anaknya membersihkan diri di danau yang airnya tampak jernih. Gerombolan lebah terbang bersama-sama menuju kebun bunga matahari. Seekor kancil berjalan menuju kebun mentimun untuk mengambil sarapannya. Suasana pagi di hutan tampak normal seperti biasa. Namun, poster-poster yang dipasang di pohon setiap lima puluh meter sekali adalah pemandangan baru yang tidak biasa selama satu minggu terakhir. Poster tersebut berisi gambar gagah seorang beruang diiringi ucapan selamat atas penobatannya sebagai raja hutan yang baru. Tepat satu minggu yang lalu, penduduk hutan resmi memiliki pemimpin baru melalui penobatan seekor beruang bernama Beruang Bilis sebagai raja hutan yang baru.
Seekor tupai bernama Toby yang mengenakan setelan jas rapi sambil menenteng tas kerjanya berhenti tepat di depan poster besar Beruang Bilis. Ia memandangi poster itu lekat-lekat, meneliti setiap detailnya. Bagi Toby, Beruang Bilis bukan hanya sosok yang kini menjadi raja barunya. Toby sudah mengenal Beruang Bilis sejak ia masih muda dan bugar. Beruang Bilis juga merupakan nama yang sering muncul dalam berkas kerjanya. Meski begitu, Toby belum pernah sekalipun bertemu dan bertatap muka dengan Beruang Bilis. Namun, lain dengan hari ini. Setelah puluhan tahun berselang, Toby akhirnya diundang langsung untuk bertemu Beruang Bilis sebagai salah satu Wakil Kepala Tim Pencari Fakta.
Derap langkah yang tegas membuat perhatian Toby teralihkan. Ia menoleh ke arah sumber suara dan mendapati seekor kuda coklat gagah tengah berjalan menghampirinya.
“Dengan Bapak Toby, Wakil Kepala Tim Pencari Fakta?” tanya si kuda coklat itu, memastikan.
Toby mengangguk mantap, membenarkan, “iya, saya sendiri.”
“Saya Lux, pengawal Istana Raja Hutan. Saya yang ditugaskan untuk menjemput Bapak ke istana,” terang kuda coklat yang baru saja mengaku namanya adalah Lux. Toby mengangguk memahami informasi tersebut dan naik ke atas punggung Lux setelah Lux mempersilakannya naik. Setelah Toby siap, Lux berlari dengan kecepatan sedang membawa Toby ke istana untuk menemui Beruang Bilis.
***
Toby telah tiba di istana dan duduk tepat di hadapan Beruang Bilis yang gagah perkasa meski usianya tidak lagi muda. Meski tadi sempat gugup saat Beruang Bilis memasuki ruangan dan menyapanya, Toby berhasil mengumpulkan seluruh kepercayaan dirinya sebagai Wakil Ketua Tim Pencari Fakta yang menjadi tamu undangan raja hutan. Toby merasa gugup bukan karena harus menghadapi Beruang Bilis sebagai raja hutan, melainkan Beruang Bilis sebagai sosok yang pernah diwaspadainya dua puluh tahun lalu. Mendengar Beruang Bilis berbicara langsung kepadanya, menjelaskan banyak hal dengan penuh wibawa, membuat pikiran Toby melayang pada peristiwa dua puluh tahun lalu.
Toby masih ingat jelas saat ia dan puluhan hewan lainnya dikumpulkan di sebuah ruangan pengap dan dibentak-bentak oleh Beruang Bilis yang saat itu memakai seragam pengawal. Beruang Bilis yang masih muda dengan suara lantangnya menyebut-nyebut puluhan hewan muda sok pahlawan karena berani mengusik kekuasaan raja hutan yang telah paten selama ratusan tahun. Karena ketidakadilan yang terus dilakukan oleh raja hutan selama puluhan tahun belakangan ini, muncul gelombang protes dari penduduk hutan yang menuntut agar semua hewan memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi raja hutan, tidak hanya singa saja. Gelombang protes ini banyak diinisiasi oleh kaum muda, salah satunya Toby, yang akhirnya berimbas pada mereka menjadi buruan pengawal raja.
Meski sedikit gentar karena suara lantang yang memekakan telinga serta wajah mengintimidasi puluhan pengawal di belakang Beruang Bilis, Toby berusaha tetap menegakkan kepalanya. Ia menelan ludah dengan susah payah, mencoba memberanikan diri untuk tetap berdiri dengan kokoh seperti tekadnya. Toby tersentak saat tangannya digenggam oleh seekor tupai yang berdiri tegak seolah tak gentar di sebelahnya. Itu Puti, seekor tupai sekaligus sahabat yang berjuang bersama Toby melawan ketidakadilan ini. Puti mengangguk dan tersenyum seolah meyakinkan Toby bahwa mereka akan baik-baik saja.
Kejadian itu hanya berselang beberapa bulan sebelum turunnya singa terakhir sebagai raja hutan sekaligus menandai kemenangan penduduk hutan yang menuntut kesetaraan dalam posisi raja hutan. Kejadian itu juga berselang beberapa bulan sebelum Puti dan puluhan hewan lainnya yang lantang bersuara menghilang secara misterius. Suka cita, perayaan, dan kesetaraan yang akhirnya diraih penduduk hutan dibayar mahal oleh pengorbanan dan nyawa puluhan bahkan ratusan hewan yang meninggal atau hilang saat masa tegang.
Selama beberapa tahun ke depan, Toby belum bisa merayakan kemenangan yang diraihnya. Ia dan puluhan hewan yang berhasil bertahan sebagai mantan buruan menggalang aksi solidaritas untuk mencari dan mengungkap fakta atas hilangnya teman-teman mereka melalui pembentukan Tim Pencari Fakta. Selama lebih dari dua puluh tahun, Toby telah berjuang untuk Puti dan puluhan hewan lain melalui Tim Pencari Fakta. Namun, hingga detik ini, usaha itu belum membuahkan hasil. Belum ada yang dihukum untuk dimintai pertanggungjawaban atas menghilangnya puluhan hewan. Belum ada yang bisa menjelaskan kemana mereka pergi dan apa yang terjadi pada mereka. Selama itu juga, puluhan keluarga dan orang tua terus menanti kejelasan akan nasib anggota keluarga yang mereka sayangi.
Suara lantang Beruang Bilis membuyarkan rekaman masa lalu yang sedang terputar di kepala Toby. Beruang Bilis tersenyum kepada Toby setelah selesai menjelaskan panjang lebar mengenai maksud dan tujuannya mengundang Toby ke istana. Toby mengerjap-ngerjapkan mata, berusaha membawa jiwanya untuk kembali ke hadapan Beruang Bilis yang sekarang. Meski sempat tidak fokus, Toby masih menangkap apa saja yang disampaikan oleh Beruang Bilis.
Beruang Bilis bermaksud untuk mengangkat jabatan Toby sebagai Ketua Tim Pencari Fakta, mengingat Ketua Tim Pencari Fakta yang sekarang sudah hampir pensiun. Namun, Toby diberi syarat untuk membawa perubahan, yang kata Beruang Bilis sedikit, pada tugas Tim Pencari Fakta. Beruang Bilis mengungkapkan jika tugas Tim Pencari Fakta kini sudah tidak lagi relevan dengan perubahan zaman. Oleh karena itu, agar lebih efektif dan “bermanfaat”, Beruang Bilis mengusulkan Tim Pencari Fakta akan bertugas untuk mencari fakta terkait permasalahan aktual yang sedang terjadi, alih-alih menggali fakta dari peristiwa masa lalu yang katanya juga, sudah usang.
“Bagaimana menurutmu? Itu ide yang bagus bukan?” tanya Beruang Bilis sambil mengangkat secangkir teh hangat yang masih mengeluarkan uap.
Toby tersenyum tipis dan mengangguk pelan. “Apa yang baru saja Anda katakan itu ada benarnya. Namun, saya tidak bisa mengambil keputusan ini sekarang. Jika berkenan, saya meminta waktu untuk berpikir selama satu atau dua hari,” pinta Toby dengan sopan.
Beruang Bilis mengangguk-angguk sambil meletakkan kembali cangkir teh di atas meja. “Baiklah baiklah. Tapi jangan lama-lama agar kita bisa langsung mulai kerja,” ucap Beruang Bilis. Toby lagi-lagi mengangguk pelan dengan sopan, mengiyakan hal itu.
Sebelum Toby pergi meninggalkan istana, Beruang Bilis sempat berpesan kepadanya. “Toby, ingat! Tidak semua hewan mendapat kesempatan ini dariku. Jadi, pertimbangkan baik-baik.”
Toby menerima pesan itu dengan baik meski ia agak terusik dengan wajah tegas Beruang Bilis saat menyampaikannya.
***
Toby memasuki ruang kerjanya yang ada di Kantor Tim Pencari Fakta. Ia meletakkan tas jinjingnya di atas meja, di sebelah tumpukan berkas yang tampak membosankan. Meski begitu, suka tidak suka, Toby tetap harus membaca laporan mingguan tentang perkembangan kasus yang sedang ditangani Tim Pencari Fakta. Kasus yang kata Beruang Bilis kemarin sudah usang disapu zaman. Mungkin hanya orang-orang kurang kerjaan saja yang masih mau mendalami kasus ini.
Toby mengambil satu ikat laporan di atas meja sambil mendudukkan diri di kursi putarnya. Dengan cermat, Toby membaca kalimat demi kalimat serta data-data yang tertulis di laporan itu. Lima belas menit berselang, Toby selesai membaca laporan itu. Ia menaruh kembali laporan itu ke atas meja dengan sedikit keras. Toby menghela napas panjang karena merasa seperti baru saja menamatkan cerita novel yang membosankan.
Lagi-lagi, Toby melihat kasus ini belum juga menemukan jalan keluar. Bagaimana caranya? Selama bertahun-tahun, belum ada perkembangan yang signifikan dari kasus ini. Toby bahkan merasa perkembangannya hanya berputar-putar di situ saja. Selain itu, tahun demi tahun, saksi dan bukti yang bisa mengantarkan Tim Pencari Fakta menuju penyelesaian kasus ini semakin sulit dicari. Kasus ini hampir menemui kebuntuan.
“Sepertinya sia-sia saja,” gumam Toby pada dirinya sendiri.
Toby jadi ingat dan kembali memikirkan tawaran menggiurkan Beruang Bilis kemarin. Beruang Bilis, Raja Hutan yang baru itu akan menjadikannya Ketua Tim Pencari Fakta. Jabatan yang cukup prestise dan gajinya juga lumayan. Selain itu, Toby juga setuju dengan perkataan Beruang Bilis jika Tim Pencari Fakta perlu bertransformasi menjadi tim yang dapat menjawab tuntutan kebutuhan zaman. Bukan hanya berkutat menangani kasus yang sama selama puluhan tahun yang sama sekali belum membuahkan hasil.
“Sebenarnya apa yang kalian cari sejak dulu?”
Pertanyaan Beruang Bilis kemarin tiba-tiba kembali terdengar. Sebenarnya, Toby punya jawaban dari pertanyaan itu. Penjelasan dan pertanggungjawaban yang layak dari mereka yang terlibat dalam peristiwa penghilangan hewan-hewan puluhan tahun silam. Selain itu, Beruang Bilis adalah salah satu yang memiliki utang pertanggungjawaban itu. Namun, kini Beruang Bilis sudah ada di tampuk kekuasaan seluruh hutan. Apalagi yang bisa dilakukan? Apakah masih masuk akal untuk mengungkap kasus ini dan meminta pertanggungjawaban?
Toby sudah memutuskan jawaban yang akan diberikan kepada Beruang Bilis esok hari.
***
Seperti biasa, setelah jam kerja berakhir Toby segera pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki. Sambil berjalan, Toby membayangkan pertemuannya besok dengan Beruang Bilis. Tidak hanya itu, ia juga membayangkan saat sudah diangkat menjadi Ketua Tim Pencari Fakta nantinya. Oh, bukan itu saja, selain menjadi pejabat publik yang dihormati, Toby juga akan memiliki hubungan baik dengan Beruang Bilis, hewan yang paling berkuasa di seluruh hutan. Bukankah akan menjadi mudah baginya untuk mendapatkan sesuatu ke depannya?
Langkah Toby berhenti saat ia melihat seekor tupai berdiri di depan poster besar Beruang Bilis, memandangnya dengan seksama seperti yang dilakukan Toby kemarin, dengan payung hitam di tangannya. Merasa mengenali sosok itu, Toby berjalan menghampiri.
“Titi?” panggil Toby dengan agak ragu.
Tupai itu tersentak dan sedikit memutar badannya ke samping menghadap Toby. Toby bernapas lega karena tupai itu memang Titi, adik dari Puti. Sudah lama sekali Toby tidak bertemu Titi. Mungkin sudah hampir dua tahun lamanya. Meski senang karena bertemu lagi dengan Titi, Toby merasa sedih karena Titi semakin kurus dan wajahnya terlihat muram.
“Kak Toby? Apa kabar?” tanya Titi dengan senyum yang terukir di wajah sendunya. Toby berusaha membalas senyuman itu sebaik mungkin, “aku baik. Bagaimana denganmu?” Toby balik bertanya.
Titi memutar badannya sembilan puluh derajat dan kembali menghadap poster besar Beruang Bilis di hadapannya. “Tidak baik. Sama seperti dua puluh tahun yang lalu. Kali ini justru lebih buruk,” jawab Titi sambil terus memandangi gambar Beruang Bilis.
Bahu Toby melemas mendengar jawaban itu. Ia melirik payung hitam yang dibawa Titi. Payung yang sangat familiar di matanya. “Bagaimana aksi tadi?” tanya Toby yang tahu Titi baru saja mengikuti aksi di depan istana raja hutan yang rutin diadakan seminggu sekali untuk menuntut keadilan bagi hewan-hewan yang menjadi korban masa tegang dua puluh tahun lalu. Titi mengangguk pelan sebagai reaksi awal, “berjalan lancar. Bahkan lebih ramai dari biasanya karena ini aksi yang pertama setelah Beruang Bilis menjadi raja hutan,” jawab Titi.
Toby tersenyum tipis lalu mengangguk. “Syukurlah kalau begitu. Maaf aku sudah lama tidak bergabung. Aku akan menyempatkan datang di aksi berikutnya,” ucap Toby yang merasa bersalah. Titi menggeleng dan tersenyum sambil menatap Toby. “Tidak apa-apa, Kak. Tidak perlu minta maaf. Kak Toby sudah berjuang keras di Tim Pencari Fakta untuk menuntut keadilan bagi Kak Puti dan hewan lainnya. Itu sudah alasan yang sangat cukup untuk tidak mengikuti aksi. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk berjuang. Cara yang dilakukan oleh Kak Toby dan Tim Pencari Fakta adalah perjuangan yang sangat berarti. Kami semua mengandalkan kalian,” ucap Titi dengan mata yang berkaca-kaca penuh harapan.
Perkataan Titi barusan membuat Toby mematung untuk beberapa saat. Titi kembali memutar badannya memandangi poster Beruang Bilis. Begitu juga dengan Toby. Langit yang sudah mendung sejak tadi mulai meneteskan titik demi titik air hujan. Titi menggeser sedikit payung hitamnya supaya dapat melindungi Toby dari hujan.
Di bawah hujan yang semakin deras, di sebelah Titi yang tidak pernah lelah menuntut keadilan untuk Puti, di hadapan poster besar Beruang Bilis, Toby menemukan kembali janjinya kepada Puti, korban penghilangan paksa, dan keluarga korban dua puluh tahun lalu.
***
Toby telah sampai di rumahnya. Di luar masih hujan deras, sama seperti sore tadi. Toby duduk di depan meja kerjanya. Ia menyalakan lampu meja dan membuka laci paling atas. Toby sedikit mengobrak-abrik isi laci untuk menemukan foto yang selalu disimpannya di laci itu selama dua puluh tahun. Toby berhasil menemukan foto hitam putih potret dirinya bersama Puti di depan gedung universitas tempat mereka belajar dulu.
Toby tersenyum memandangi wajah penuh harapan sahabatnya itu. Perasaan rindu kembali muncul di dalam dadanya. Sudah dua puluh tahun berselang, kemana perginya Puti? Toby mulai mengira-ngira akan jadi apa sahabatnya itu jika masih ada bersamanya sekarang. Bisa saja raja hutan atau mungkin anggota parlemen hewan. Toby ingin sekali Puti tahu jika perjuangan mereka berhasil dan semua hewan memiliki kesempatan untuk menjadi raja hutan. Puti pasti akan sangat senang jika tahu, Jerapah Gery, sosok yang dulu mendukung perjuangan mereka pernah menjadi raja hutan.
Toby tiba-tiba ingat, dulu ia dan Puti pernah membahas bagaimana jika salah satu dari mereka ada yang diculik dan hilang. Toby yang pertama menanyakan itu sebagai bentuk ketakutannya. Ia memang tidak seberani Puti pada masa itu. Puti dengan wajah yakin menjawab jika dia akan mencari Toby dan menghukum siapapun yang telah melukainya, tidak peduli apapun yang terjadi.
Ya, Toby mempercayai Puti. Jika saja seandainya posisi mereka dibalik, Puti pasti dengan tegas akan menolak tawaran Beruang Bilis tanpa berpikir panjang. Lantas sudah seharusnya Toby juga melakukan hal yang sama. Toby menyesal sempat ingin menerima tawaran Beruang Bilis dan mengingkari janjinya dengan Puti begitu saja.
Toby meraih selembar foto lainnya yang berisi potret ia bersama keluarga korban saat sedang melakukan aksi enam tahun yang lalu. Semua yang ada di foto ini sampai sekarang masih aktif mengikuti aksi tanpa kenal lelah. Bahkan beberapa di antaranya usianya sudah semakin renta. Mereka semua menaruh harapan kepada Toby dan Tim Pencari Fakta. Mereka sudah berjanji untuk berjuang bersama. Hewan-hewan inilah yang sudah berdiri selama dua puluh tahun bersama dan Toby baru saja akan mengkhianati mereka untuk berpihak kepada musuhnya selama ini.
Toby menyimpan kembali foto-foto itu dengan rapi di dalam laci dan juga dadanya. Dengan penuh keyakinan, Toby mengunci jawaban yang akan diberikan kepada Beruang Bilis esok hari. Toby memutuskan untuk berjuang bersama Titi dan keluarga korban lainnya sampai akhir.
Penulis: Mirza Zakiya Rahma Shoffa
Editor: Nadhira Armaliya
Ilustrasi: Pinterest