web analytics
UGM Rilis Pernyataan Sikap Jelang Putusan MK: Mengawal Demokrasi dalam Peringatan Hari Kartini 2024

UGM Rilis Pernyataan Sikap Jelang Putusan MK: Mengawal Demokrasi dalam Peringatan Hari Kartini 2024

Pembacaan orasi oleh dosen Fakultas Hukum Sri Wiyanti Eddyono

Minggu (21/04), gerakan Kampus Menggugat mengundang para sivitas akademika dan alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta untuk menghadiri aksi bertajuk “Kartini Bangkit: Mengawal Putusan MK untuk Demokrasi Indonesia”. Aksi digelar pada pukul 10.00 WIB bertempat di Balairung UGM. Aksi tersebut didedikasikan untuk memperingati hari Kartini sekaligus memberikan pernyataan sikap UGM menjelang pembacaan putusan sengketa pilpres oleh MK pada tanggal 22 April 2024. 

Adapun kegiatan Aksi tersebut diisi dengan pembacaan orasi oleh perwakilan alumni UGM, yakni  Okky Maddasari, Suci Lestari dan Nur Azizah yang merupakan dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) UGM,  Sri Wiyanti Eddyono selaku dosen dari Fakultas Hukum UGM, Wuri Handayani selaku dosen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Guru Besar Fakultas Teknik Prof. Wiendu Nuryanti, serta perwakilan mahasiswa dari Fakultas Hukum Antonella. Orasi-orasi yang disampaikan memuat berbagai macam isu dan perspektif sesuai dengan latar belakang masing-masing orator. Secara keseluruhan, penyampaian orasi berfokus pada dua poin utama, yakni perempuan dan demokrasi. 

Dalam salah satu orasi yang disampaikan oleh dosen Fakultas Hukum UGM, Sri Wiyanti Eddyono yang kerap dipanggil Iyik, dipaparkan keprihatinan atas kondisi kesejahteraan dalam lingkup makro yang masih sulit diakses dan dirasakan oleh perempuan-perempuan Indonesia. Iyik menyampaikan, “Angka partisipasi kerja perempuan di Indonesia masih minim, 52%, dan yang paling banyak, 35% adalah di sektor informal, pekerjaan tidak berbayar atau berbayar rendah, dan yang jelas meletakkan perempuan pekerja pada wilayah-wilayah rentan, tersembunyi, dan seolah-olah tidak berkontribusi pada ekonomi makro.”

Iyik turut menyorot kondisi penegakan hukum di Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja. Ia menyebutkan bahwa kondisi ini telah berjalan selama puluhan tahun dan era reformasi tidak bisa menumpas problematika penegakan hukum yang cenderung meminggirkan pihak yang lemah. “Negara seakan-akan absen dalam kehidupan sehari-hari perempuan pencari keadilan, kasus-kasus yang dapat diproses secara adil hanyalah kasus-kasus yang digolongkan sebagai kasus yang mendapatkan perhatian publik,” ujarnya.

Selain itu, dalam konteks demokrasi dan sengketa pilpres 2024 yang tengah berlangsung, Iyik juga  memaparkan mengenai turunnya tingkat demokrasi di Indonesia yang ditandai dengan bagaimana hukum, beserta dengan institusi dan aparat penegaknya, digunakan secara sistematis untuk kepentingan kekuasaan dan politik secara partikular, alih-alih menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya.

“Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi sebagai dua pilar keadilan paling akhir cenderung tidak imun dengan kekuasaan dan kepentingan politik,” jelas Iyik.

Pasca penyampaian beragam orasi, aksi dilanjutkan dengan doa, kemudian ditutup dengan pernyataan sikap berjudul “Kartini Bangkit: Mengawal Putusan MK untuk Demokrasi Indonesia” yang pembacaannya diwakili oleh Endang Semiarti.

Pernyataan sikap yang dibacakan memuat keprihatinan akan pelanggaran terhadap konstitusi, undang-undang, etika, dan norma bernegara yang marak terjadi selama lima tahun terakhir sebagai akibat dari ambisi segelintir elit politik. 

“Akankah kita sebagai bangsa akan mampu mewujudkan Indonesia Emas yang bebas dari KKN? Ataukah kita akan terjerumus semakin kelam ke arah pelemahan kelembagaan yang justru menciptakan Indonesia cemas?” ujar Endang dalam pembacaan pernyataan sikap.

Endang menegaskan bahwa arah pembangunan bangsa akan sangat ditentukan oleh putusan MK yang akan dibacakan pada hari ini, 22 April. MK diharapkan dapat menggunakan nurani, akal sehat, dan kewenangannya untuk mengambil keputusan dalam rangka menjaga dan mempertahankan demokrasi.

“Dari Balairung UGM, kami lontarkan bola salju keadilan dan kebenaran serumit apapun jalurnya, keadilan dan kebenaran itu dapat melewatinya. Dengan semangat Kartini, kami para akademisi bertekad menjaga integritas dan kebebasan akademik untuk mengokohkan demokrasi menuju Indonesia adil nan sejahtera,” tutupnya.

Selamat Hari Kartini!

 

Reporter: Bianca Aurelia

Penulis: Bianca Aurelia

Penyunting: Albert Suprayogi Ginting

Leave a Reply

Your email address will not be published.