Judul : Sekolah Saja Tidak Pernah Cukup
Penulis : Andrias Harefa
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 177
Tahun Terbit : 2002
Peresensi : Dinda Ayu Septika Putri
“Apakah ruginya negeri ini jika semua sekolah dan universitas, sebagaimana kita kenal selama ini, dibubarkan saja?”
Seperti yang sudah diketahui oleh masyarakat umum, bahwa dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini kita sudah tidak lagi memiliki sekolah dalam arti yang sebenarnya. Kita hanya membangun lembaga-lembaga yang mana hanya menciptakan manusia-manusia penghafal yang akhirnya hanya akan dijadikan robot untuk mengabdi pada organisasi-organisasi tertentu.
Pernyataan menggelitik tersebut dikemukakan oleh Andrias Herefa untuk mengawali bukunya yang membahas tuntas mengenai permasalahan pendidikan dan pengajaran yang saat ini tengah terjadi di Indonesia. Tidak hanya itu, Andrias memulai bagian awal bukunya dengan transkrip pidato Larry Ellison, CEO dari ORACLE, di sebuah acara wisuda sarjana di Universitas Yale. Tidak seperti kebanyakan pidato yang kerap kali disampaikan dalam acara wisuda, pidato yang disampaikan oleh Larry Ellison tidak berisi tentang bagaimana seorang sarjana lulusan universitas ternama harus melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi atau bagaimana seorang yang telah menyelesaikan pendidikannya harus memulai karirnya. Dalam pidatonya yang cukup singkat tersebut beliau menegaskan bahwa orang-orang terkaya di dunia bukanlah seorang lulusan dari universitas ternama, melainkan mereka yang memilih untuk berhenti sekolahlah yang akhirnya dapat mencapai puncak kejayaan.
Setelah Andrias memunculkan naskah pidato yang cukup meyulut pro dan kontra tersebut, ia kembali mengutip kritikan tajam dari seorang penulis buku best seller Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki, yang mana dalam bukunya tersebut dengan tegas ia membantah ajaran klasik dari mayoritas orang tua : “Belajar yang rajin dan dapatkan ranking atau indeks prestasi yang tinggi di sekolah dan universitas, lalu kamu akan memperoleh pekerjaan dengan bayaran tinggi dan berbagai fasilitas istimewa di perusahaan terkemuka.”
Dalam bukunya ini, Andrias menjelaskan bahwa pendidikan yang nyata merupakan pola interaksi manusiawi antara orang perseorangan dengan dunia luar, termasuk dengan orang lain di sekitarnya sebagiamana yang terjadi dalam keluarga dan masyarakat, yakni dalam kehidupan sehari-hari yang informal. Ia juga mengemukankan bahwa tidak seorang pun sesungguhya bisa dididik, karena pendidikan itu sendiri adalah proses menyatakan diri “dari dalam ke luar”. Pernyataan diri tersebut tidak dapat diajarkan, juga tidak bisa dilatih, sebab pengajaran dan pelatihan tersebut datang dari “luar diri” seseorang. Sedangkan pernyataan diri yang dikemukakan Andrias tersebut tidak bisa dibuat oleh pihak lain selain dirinya sendiri.
Andrias menegaskan bahwa pendidikan yang merupakan proses aktualisasi potensi diri, juga tidak bisa dibeli, seperti kita dapat membeli pengetahuan dari sekolah maupun lembaga lain. Bahkan pendidikan yang dimaksud oleh Andrias juga tidak bisa direncanakan secara ketat, tidak bisa deprogram berdasarkan kurikulum yang dibuat hanya dengan dasar penelitian.
Dalam bukunya yang berjumlah 177 halaman ini kita diingkatkan bahwa sekolah bukanlah satu-satunya tempat untuk belajar. Untuk dapat hidup, di mana pun dan kapan pun, kita harus belajar terus menerus. Kita harus belajar di tempat kerja dan dalam setiap langkah perjalanan hidup. Terlebih lagi kita ditekankan untuk belajar saat tempat dan pegangan yang kita kira sudah kuat tiba-tiba tergoncang karena pesatnya kemajuan dan mendadaknya perubahan. Dalam keadaan yang sedemikian rupa, apa yang diberikan selama kita sekolah sudah tidak lagi relevan dengan kenyataan yang kita alami. Kita sudah tidak bisa mengandalkan apa yang dulu pernah diajarkan di bangku sekolah.
Dalam akhir bukunya, Andrias kembali menegaskan bahwa sekolah yang paling elite pun tidak lagi mampu membekali murid-muridnya dengan pengetahuan dan pegangan yang memadai untuk menghadapi kerasnya kehidupan di masyarakat.
Buku Sekolah Saja Tidak Pernah Cukup karya Andrias Harefa ini tidak hanya berisikan kritikan dari berberapa pihak mengenai pola pendidikan di Indonesia. Selain itu juga kritikan bagaimana sekolah dianggap bukan lagi sebagai terobosan utama untuk meraih kesuksesan, namun Andrias juga memberikan berbagai solusi dan pemecahan bagi setiap orang yang tidak memiliki kesempatan untuk bersekolah dan setiap orang yang memutuskan untuk berhenti sekolah dan mengejar apa yang menjadi impiannya.