web analytics
Dinamika Organisasi Mahasiswa di Masa Transisi Pandemi

Dinamika Organisasi Mahasiswa di Masa Transisi Pandemi

Setelah sekitar dua tahun menjalani kuliah daring, kini mahasiswa tengah disibukkan dengan persiapan kuliah luring sebagai tindak lanjut dari Surat Edaran Rektor Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Semester Gasal TA 2022/2023. Hal ini pun turut mempengaruhi aktivitas organisasi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada yang dituntut untuk beradaptasi kembali dalam menyelenggarakan kegiatan secara luring.

Pada awal masa pandemi Covid-19, dampak perubahan aktivitas organisasi mahasiswa dari luring menjadi daring dinilai cukup signifikan. Dalam wawancara dengan BPPM Mahkamah pada Selasa (2/8), Ferdinand Immanus Surya, Ketua Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) Fakultas Hukum UGM menyampaikan bahwa perubahan yang paling terasa adalah ketika seluruh komunikasi dan interaksi anggota KMK diharuskan melalui media daring. Selain itu, KMK juga harus melakukan adaptasi dengan mengubah beberapa program kerja karena tidak dimungkinkan untuk dilakukan secara luring. 

“Ada beberapa program kerja KMK yang sulit dilakukan secara daring. Oleh karena itu, KMK menyiasatinya dengan menyesuaikan beberapa program kerja dengan cara baru,” ujar Ferdinand.

“Misalnya, program kerja KMK Cup yang  sebelum pandemi diisi dengan lomba-lomba seperti futsal,  kami ubah menjadi webinar tahunan untuk meningkatkan srawung antar LO/LSO serta tetap memberikan manfaat bagi masyarakat umum,” lanjutnya kemudian.

Perihal Kesulitan Dalam Komunikasi 

Ferdinand bercerita,  para anggota KMK, terutama Badan Pengurus Harian (BPH)-nya, harus lebih meningkatkan komunikasi untuk mencegah ketersinggungan akibat miss-komunikasi.

“Awalnya karena hanya berkomunikasi dengan chat, selanjutnya interaksi KMK lebih sering dilakukan dengan bonding online. Harapannya, ketika kembali luring masing-masing anggota bisa memahami kondisi satu sama lain” pungkas Ferdinand. 

Pernyataan Ferdinand pun turut diamini oleh Kevin Daffa Athilla, Ketua Dewan Mahasiswa Justicia Fakultas Hukum UGM. Mahasiswa yang akrab disapa Kebin tersebut turut memberikan pandangannya tentang proses adaptasi komunikasi yang dialami organisasinya di masa pandemi.

Menurut Kevin, cara komunikasi daring ataupun luring sama-sama memberikan hal positif dan negatif. Dalam rapat organisasi misalnya, dengan komunikasi secara daring, peserta rapat tidak perlu repot mempersiapkan tempat dan dapat lebih fleksibel menyesuaikan kondisi. Disisi lain, komunikasi daring rawan mengalami gangguan jaringan internet. Sementara itu, komunikasi luring dapat membuat peserta lebih konsentrasi dengan bahasan rapat, tetapi harus ribet soal tempat

Harus Belajar Menguasai Teknologi

Selain tentang komunikasi, Kevin memaparkan, hal yang harus diperhatikan pengelola organisasi di masa-masa pandemi adalah soal penguasaan teknologi.

“Ada rasa ‘kaget’ yang pasti dialami oleh setiap individu Dema Justicia. Contohnya hal-hal terkait teknisi dan IT yang tidak terasa familier,” jelasnya.

Untuk mengatasi kendala perihal penguasaan teknologi itu, Dema Justicia menginisiasi program kerja baru, misalnya diadakan “Kelas IT” dan “Sekolah Website.” Tujuannya adalah untuk meningkatkan sumber daya manusia terutama tentang pemahaman pengoperasian teknologi penunjang program organisasi, dan harapannya bisa mencakup masyarakat Dema Justicia serta masyarakat umum.

Tuntutan Berinovasi

Masa transisi kegiatan luring-daring ini diakui Ferdinand dan Kevin telah memberikan dampak yang cukup besar mengenai inovasi program kerja sebagai terobosan berorganisasi di tengah-tengah pandemi bagi organisasi mahasiswa yang diampu keduanya. 

“KMK berinovasi dengan melaksanakan webinar tahunan dan webinar “SPaham”. Tiap tahunnya mengambil tema yang beda-beda. Pada tahun pertama bertema tentang perlindungan data pribadi, dan tahun kedua mengenai investasi sejak dini.  Rencananya webinar ini akan terus berlanjut karena bermanfaat baik bagi banyak orang dan bisa berbagi ilmu dengan banyak kalangan,” ungkap Ferdinand.

Kedua narasumber sepakat bahwa inovasi baru pasti akan tetap berlanjut meski keadaan sudah kembali luring.  Dema Justicia pun berencana untuk mempertahankan prokernya dengan inovasi-inovasi yang disesuaikan dengan keadaan. Kevin menambahkan jika proses adaptasi harus mempertimbangkan kondisi-kondisi tertentu. 

“Di Dema Justicia sendiri ada proker yang tetap dilanjutkan. Misalnya “Pengembangan Karir Dema,” dan “Hearing Dekanat.” Proker-proker ini rencananya akan dipertahankan ketika kembali kuliah luring. Jadi bukan berarti kegiatan daring dihapuskan, tetapi daring itu kita ibaratkan sebagai metode saja,” tutur Kevin. 

Langkah Untuk Bertahan

Ferdinand dan Kevin turut membagikan kiat-kiatnya dalam mempertahankan kinerja berorganisasi selama masa transisi. Ferdinand menyampaikan bahwa hal-hal yang perlu diperkuat adalah koordinasi dan kerja sama yang terjalin, baik di dalam organisasi maupun antar LO, LSO, dan komunitas. Selain itu, suatu organisasi juga dituntut untuk dapat lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan. Kevin menambahkan jika salah satu kiat dalam berorganisasi selama masa transisi ini adalah dengan lebih memperhatikan budaya lama dari kepengurusan yang terdahulu.

Adaptasi yang sudah dilakukan selama masa pandemi tentunya dapat dipertahankan selama masa transisi, salah satunya terkait dengan srawung antar LO, LSO, dan komunitas yang sudah digadang-gadangkan sejak awal demi memperlancar keberhasilan setiap program kerja yang akan dilaksanakan.

“Budaya terkait kultur, lebih ke srawung dan bekerja sama dengan antar LO/LSO itu lebih ditekankan lagi. Karena dengan kerja sama itu hal-hal yang kita kerjakan pasti akan keluar dengan hasil yang lebih baik. Dan ini harus dipertahankan di kehidupan perkuliahan nanti,” ujar Ferdinand.

Menjadi Sebuah Refleksi

Setelah pandemi berlangsung selama lebih dari dua tahun, tentunya kini organisasi mahasiswa dapat lebih adaptif dalam setiap perubahan baik aturan maupun kehidupan sosial yang ada. Hal ini menjadi sebuah refleksi bagi setiap organisasi mahasiswa, khususnya KMK dan Dema Justicia, bahwa dalam dua tahun terakhir di masa pra hingga pasca Covid-19, penuh dengan suka duka dalam menjalankan setiap program kerjanya. 

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, KMK memang sempat terseok-seok dalam beradaptasi selama masa pandemi. Akan tetapi itu tidak menumbangkan semangat kader dan justru meningkatkan fleksibilitas dalam berorganisasi. Sementara itu, refleksi Dema Justicia akan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam masa transisi dirasa sudah berlangsung cukup baik. 

Kevin menjelaskan, “Cukup baik karena masih ada pengurus yang luring sehingga nanti tahu akan bagaimana ketika menghadapi kepengurusan dan proker luring. Pastinya pernah mengalami kendala, tetapi lambat laun bisa mengetahui celah bahwa semua kegiatan tidak harus daring, kalau dibilang kendala pastinya semua akan merasakan ketika awal pandemi berlangsung. Belum ada digitalisasi dan itu juga dirasakan oleh Dema. Cara menyiasatinya adalah lebih sering brainstorming dan belajar tentang IT tadi, tetapi secara esensi tidak berubah hanya secara kultural saja yg berubah.” 

Dema Justicia sendiri telah melakukan persiapan secara normatif melalui diskusi dan evaluasi dalam rangka menyambut kegiatan yang akan dilakukan secara luring. Kebin menegaskan jika Dema Justicia optimis dapat beradaptasi baik dengan kondisi daring maupun luring. 

Makna Beradaptasi

Sebagai pertanyaan penutup, BPPM Mahkamah menanyakan pandangan kedua narasumber ketika mendengar frasa “Adaptasi Organisasi di Masa Transisi”. Kevin memaknai hal tersebut sebagai suatu transformasi digital yang mengakibatkan adanya beberapa perubahan.  Sementara Ferdinand menganggap bahwasannya adaptasi adalah hal yang mutlak harus bisa dilakukan dalam setiap keadaan. 

“Karena kalau kita menjadi orang yang tidak fleksibel dan sulit beradaptasi dalam menghadapi keadaan maka akan menyusahkan diri kita sendiri. Dalam konteks berorganisasi pun sama, akan menimbulkan kesulitan pula bagi organisasi tersebut kalau mereka tidak mau beradaptasi. Seperti kata Kevin,” pungkasnya.

Pandemi yang melanda seluruh penjuru dunia ini memang membawa perubahan yang dapat dikatakan pesat dalam segala bidang. Baik secara positif maupun negatif. Masyarakat pun dituntut untuk dapat beradaptasi dengan keadaan dan aturan yang berubah seiring berjalannya waktu. Begitu juga dengan organisasi mahasiswa yang dihadapkan dengan berbagai aturan dan regulasi yang berubah-ubah, ditambah dengan kondisi kedepannya yang masih belum bisa diprediksi. 

Hal tersebut terkadang menimbulkan suatu kendala-kendala yang menghambat suatu program kerja untuk dapat dilaksanakan. Sehingga memunculkan ide-ide serta inovasi dari para mahasiswa untuk menyesuaikan program kerja yang ada dengan kondisi terkini. Adaptasi memang mutlak diperlukan bagi para mahasiswa supaya program kerja yang dilaksanakan bisa berjalan di tengah situasi yang berubah-ubah.

Penulis : Indriana, Yohana

Penyunting : Latif Putri

Leave a Reply

Your email address will not be published.